Dalam Satgas tersebut, ada tim pendamping keluarga, tim audit kasus. Tim ini sangat komplit sehingga bisa dipetakan kabupaten cukup tinggi angka stuntingnya.
Pemetaan dilakukan melalui pendataan keluarga, verifikasi dan validasi. Selanjutnya diidentifikasi keluarga berisiko, sehingga bisa didapat keluarga berkasus stunting.
"Yang melakukan audit ini bukan orang sembarangan, diantaranya dokter anak, ahli anak, pakar gizi dan psikolog. Inilah merekomendasikan sasaran untuk intervensi dilakukan upaya mencegah anak stunting," tutur Andi Rita.
Baca juga: Gelar Rapat Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting, BKKBN Sulsel Hadirkan Wabup dan Walkot se-Sulsel
Baca juga: BKKBN Sulsel Edukasi 200 Emak-emak Pentingnya Masa 1000 HPK
Tak hanya itu pendekatan keluarga dari hulu juga dilakukan. Maksudnya dari hulu adalah sebelum menikah. Mencegah dari hulu ini lebih mudah.
Sebab, jika sudah hamil, melahirkan anak harus dilakukan dengan langkah intervensi.
"Kalau mencegah dari hulu itu lebih mudah. Kita bisa menjamin tidak ada lagi anak-anak menyeberang ke kasus stunting. Pencegahan diutamakan karena kita tidak mau lagi ada lahir anak stunting," tegasnya.
Sementara, Kepala Staf Komando Daerah Militer XIV Hasanuddin, Brigjen TNI Dany Budiyanto mengatakan, Kodam XIV Hasanuddin siap bersinergi dalam percepatan penurunan stunting.
Demi wujudkan target percepatan penurunan stunting di 2024 di angka 14 persen.
"Kodam XIV Hasanuddin akan bahu-membahu dengan stakat terkait untuk menurunkan angka prevalensi stunting," ucapnya.(*)