“Untungnya jaringan Indosat, kartu selular yang papa pakai, di rumah sakit bagus, jadi tidak ada halangan saat berkomunikasi dengan kami keluarganya,” ujar Dian.
Di awal-awal masuk rumah sakit, Soeprapto disebut masih aktif berkomunikasi. Setiap hari, baik hanya berbagi kabar pemeriksaan ataupun mengirim foto kondisinya.
“Saya ingat, almarhu waktu itu masih ikut rapat online pekerjaan dari rumah sakit. Karena di awal kondisinya masih baik. Masih bisa duduk dan berkomunikasi,” cerita Dian.
Hari berlalu,kondisi Soeprapto makin memburuk. Komunikasi masih ada, meski jarang.
“Kami masih saling kirim pesan, sesekali video call. Saya ingat ada momen papa tidak balas whatsapp hingga pagi. Saat itu kondisi mulai turun,” kisah Dewi.
Sampai di hari terakhir, dokter meminta ada keluarga yang menemani pasien di dalam kamar, karena kondisi Soeprapto makin lemah.
“Di malam itu, melalui ponsel almarhum, anak kedua yang menjaga menelepon menggunakan whatsapp group. Kondisi papa sudah lemah, pakai selang udara yang menutup mulut dan hidung, beliau sempat menyapa, mendadah-dadah ke kami keluarga, dan cucu di rumah,” ujarnya sedih.
Siapa sangka, video call malam itu adalah terakhir Dewi Soeprapto melihatnya. Karena itu adalah malam terakhir ia sadar.
“Pagi hari, kembali whatssap video kami berdering, dari nomor almarhum. Ternyata itu adalah kakak yang mengabarkan papa sudah tidak ada. Saat itu, kakak menelepon saat petugas kesehatan masih berusaha menyelamatkan papa. Video call jalan kami melihat bagaimana kondisi terakhir papa,” cerita Dian.
Dari Satlindo, Indosat, HIngga IOH
Dilansir wikipedia, PT Satelit Palapa Indonesia, disingkat Satelindo, didirikan pada 29 Januari 1993. Sesuai namanya, Satelindo sendiri awalnya didirikan sebagai pengelola sistem Satelit Palapa yang sebelumnya ditangani oleh Telkom.
Selain bisnis satelit, Satelindo juga diberikan izin oleh pemerintah untuk membangun jaringan sistem GSM pertama di Indonesia pada 1993, sehingga perusahaan ini merupakan pelopor dari sistem ini. Sistem GSM ini akhirnya diluncurkan oleh Satelindo di Jakarta pada 1 November 1994
Untuk melayani konsumen, Satelindo juga perlahan-lahan juga mengembangkan sistem kartu SIM, yang mulai dipakai sejak 1995[ lalu meluncurkan produknya yang diberi nama "Satelindo Card" pada Oktober 1997, meluncurkan kartu Mentari pada 27 September 1998 dan Matrix sebagai kartu pascabayar pada 2002.
Setelah mengalami beberapa perubahan kepemilikan,setelah Juni 2002, saham Satelindo dipegang oleh Indosat sebesar 100 persen.
PT Indosat Multimedia Mobile (Indosat-M3) sendiriadalah perusahaan operator telepon seluler bersistem GSM di Indonesia yang berdiri pada 25 Juli 2001.[Pada triwulan akhir tahun 2003, ia telah dilebur (merger) dengan PT Indosat Tbk.
Produknya antara lain kartu prabayar SMART (sekarang menjadi IM3 Prabayar) dan kartu pascabayar BRIGHT (sekarang menjadi IM3 Pascabayar).
Pada bulan Februari 2013, perusahaan telekomunikasi Qatar yang sebelumnya bernama Qtel dan menguasai 65 persen saham Indosat berubah nama menjadi Ooredoo.
Dua tahun kemudian, pada tanggal 19 November 2015, Indosat akhirnya mengubah identitas dan logonya dengan nama Indosat Ooredoo
Indosat Ooredoo secara resmi merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia membentuk Indosat Ooredoo Hutchison pada tanggal 4 Januari 2022. Rencana merger ini sudah diumumkan sebelumnya pada tanggal 16 September 2021.
Lancar Dipakai Zoom
Soeprapto meninggal karena Covid-19. Demi mengikuti aturan pemerintah dan menjaga kesehatan ibu, keluarga memilih tidak membuat acara takziah secara langsung.
Melainkan menggunakan sambungan zoom.
Takziah diikuti oleh banyak rekan, keluarga, dan sejawat Soeprapto baik di Sulawesi maupun di Jawa, termasuk Menter Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
"Saat takziah zoom, kami juga menggunakan sambungan dari ponsel almarhum. Untuk koneksi internet saat itu, kami menggunakan smartphone beliau," cerita DIan.
"Alhamdulillah lancar. Dua kali takziah zoom dilakukan lancar terus. Bahkan pak Syahrul sempat membacakan puisi untuk almarhum papa," ujarnya.
Dipakai Jualan
Mencari tambahan pemasukan sekaligus mengisi waktu pasca meninggalnya suami, Dewi membuka usaha kecil kuliner di rumahnya, Ayam Iris Crispy.
Selain orang lewat, ia mengandalkan grab dan gojek, sebagai media penjualan.
Nomor Indosat yang kini ia gunakan pun menjadi andalannya.
Tak pernah ada keluhan, selalu lancar.
“Alhamdulillah, jaringan lancar, dipakai terima orderan maupun menelpon. Harga bulanannya pun terjangkau. Saya pakai paket Rp60 ribuan cukup untuk sebulan,” paparnya.
Nomor Indosat yang kini menjadi miliknya sudah menjadi bagian terpenting dari sejarah kehidupan Dewi. “Tidak akan pernah saya tutup,” ujarnya.