Hal tersebut menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen.
Menurut Sunarso, kinerja positif BRI di tengah kondisi yang penuh tantangan saat ini tidak lepas dari ketepatan strategic response atau respons strategis.
Hal tersebut, kata dia, dibuktikan dari pertumbuhan positif fungsi intermediary atau perantara penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat oleh BRI.
“Kami dapat menjaga sustainability atau keberlanjutan pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas. Utamanya, pada pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset, dan kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19,” ujar Sunarso.
Di samping itu, lanjut dia, BRI juga mampu mencatat pertumbuhan pendapatan berbasis biaya yang semakin baik ditopang dengan peningkatan transaksi digital banking atau perbankan digital BRI berkat transformasi digital yang terus dilakukan secara berkelanjutan.
Kinerja positif lainnya
Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), Sunarso menjelaskan, BRI berhasil mencatatkan kinerja positif.
“Hingga akhir Kuartal III-2022, DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun. Dana murah atau CASA menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, yang meningkat sebesar 10,22 yoy,” ucapnya.
Sementara proporsi CASA BRI konsolidasian pada 2022 juga meningkat signifikan sebesar 65,43 persen dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama pada 2021, yaitu sebesar 59,60 persen.
Pertumbuhan tersebut, kata Sunarso, memberikan dampak positif terhadap biaya dana atau cost of fund BRI secara konsolidasian mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 1,94 persen.
Sunarso menjelaskan bahwa kinerja positif tersebut tidak terlepas dari upaya BRI merespons krisis melalui transformasi BRIVolution 2.0 yang telah diterapkan sejak awal pandemi Covid-19.
“Melalui transformasi yang bertumpu pada aspek digital dan budaya, BRI mampu menjadi perusahaan yang dapat mengciptakan nilai ekonomi dan sosial bagi seluruh stakeholder,” jelasnya.