Dengan bekerja sebagai buruh bangunan, ia bisa mendapat Rp100 ribu perhari.
Namun pekerjaan itu tidak bertahan lama. Hanya beberapa hari atau minggu saja.
Melalui pendapatan itulah ia berusaha menghidupi keluarga dan menyekolahkan anaknya hingga pendidikan tinggi.
Anak pertamanya sudah semester akhir di Universitas Muslim Indonesia (UMI), anak kedua kuliah di Akademi Kebidanan, dan terakhir masih SMP.
"Alhamdulillah Tuhan masih selalu beri rejeki sampai hari ini," katanya.
Ia tidak bisa menyalahkan keadaan. Apalagi kondisi jembatan yang sedang diperbaiki.
Hasrullah hanya berharap pekerjaan jembatan tersebut bisa dikebut dan segera selesai.
"Yah kami berharap segera selesai. Supaya arus lalu lintas bisa lancar dan usaha kembali normal," ujarnya. (*)