Akibatnya, inflasi tinggi yang mengarah ke stagflasi, yaitu inflasi tinggi disertai oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pengangguran.
Kebijakan kontra siklus untuk mengantisipasi kemungkinan resesi 2023 adalah pengetatan moneter dan fiskal tetapi dengan dosis dan waktu yang tepat.
Dalam jangka pendek, pilihan kebijakan terbatas pada pengetatan moneter, menaikkan suku acuan dengan besaran yang tidak terlampau membebani sektor riil (sisi supply).
Demikian juga kebijakan fiskal ketat (menajaga defisit pada angka 3 persen GDP) dengan tetap fokus pada kelompok masyarakat rentan terkena dampak negatif resesi global.
Sementara di sektor keuangan, menjaga agar nilai tukar tidak terdepresiasi tajam yang bisa mendorong spekulasi dan membuat Rupiah per US Dollar semakin melemah.
Dalam regim nilai tukar managed floating, bank sentral akan menjaga agar Rupiah per Dollar AS tidak terdepresiasi sangat tajam dengan melakukan intervensi di pasa valas tanpa mengorbankan cadangan devisa terlalu besar.
Singkatnya, memang kita sedang menghadapi “situasi serba salah”, tetapi pengambil kebijakan dan kebijakannya “tidak boleh salah.”(*)