Permainan Tradisional

6 Permainan Tradisional Bugis-Makassar Berikut Penjelasannya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Permainan tradisional Mappadendang dalam rangka Pesta Panen di Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare, Sulsel.

Bedanya, pada Bu’uh Rawe, ukuran gawangnya mini, dengan panjang hanya satu meter dan tinggi setengah meter.

Sebelum bermain, diadakan undian terlebih dahulu untuk menentukan tim yang akan menendang bola terlebih dahulu.

Cara bermainnya, serupa dengan permainan bola. Para pemain saling berlomba memasukkan bola ke gawang lawan.

Uniknya, para pemain tidak menendang bola langsung dengan kaki, melainkan menggunakan tongkat serupa dayung.

Pemain dan pemain lawan pasangannya pun bermain dengan punggung yang saling menempel.

Ya, Bu’uh Rawe adalah permainan yang tercipta di kalangan anak-anak nelayan Bugis-Makassar di pesisir pantai.

Dulunya, permainan ini dimainkan oleh para nelayan yang tengah dilanda kebosanan saat berada di atas perahu yang terombang-ambing di tengah laut.

Bolanya dibuat dari tempurung kelapa agar mengambang bila jatuh ke laut.

Seperti sepak bola, Bu’uh Rawe pun punya aneka tata cara permainan, yang apabila dilanggar, dikenakan sanksi.

“Jika pemain mengambil bola tanpa dayung dan menggunakan kaki, itu pelanggaran. Pemain juga akan kena penalti itu jika bola kena kaki, atau kena batas gawang,” tutur Daeng Achi sang wasit.

Permainan akan berlangsung selama 3 babak. Masing-masing babak berlangsung selama 5 menit.

Tiap berganti babak, tim pemain akan berganti gawang.

5. Makkaddaro

Permainan ini menggunakan tempurung kelapa sebagai alat permainannya.

Masing-masing kelompok yang terdiri dari dua pemain saling bergantian menembakkan kaddaro atau tempurung kelapa hingga mengenai sasaran berupa kaddaro lawan yang dipasang di titik tertentu.

Halaman
1234

Berita Terkini