TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Menjadi ketua kloter atau kelompok terbang memiliki kesan tersendiri dalam menunaikan ibadah haji.
Ketua kloter ke tanah suci bukan hanya untuk menunaikan rukun Islam yang terakhir.
Namun memiliki tugas lain yang lebih utama, yaitu memastikan seluruh jamaah yang ikut terbang bersama bisa menunaikan haji.
Kepentingan orang lain lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.
Demikian yang dialami Muhajir, Ketua Kloter 5 debarkasi Makassar selama 41 hari proses ibadah haji.
Mulai berangkat di Asrama Haji Sudiang pada 22 Juni 2022 hingga kembali pada 3 Agustus 2022.
"Ibadah itu nomor dua, pelayanan dan perlindungan kepada jamaah itu nomor satu," kata Muhajir saat ditemui usai serah terima jamaah di Aula Arafah Asrama Haji Sudiang.
Selama perjalanan, Muhajir memimpin 387 jamaah dari empat kabupaten kota.
184 dari Kabupaten Wajo, 85 dari Kabupaten Bantaeng, 61 dari Kota Makassar, dan 57 dari Kabupaten Kepulauan Selayar.
Muhajir menjelaskan jamaah dari empat kabupaten kota tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda.
Seperti Sengkang atau Wajo berbeda dengan Selayar dan Bantaeng.
Sementara untuk jamaah asal Kota Makassar, kata Muhajir, lebih heterogen.
"Di Selayar dan Bantaeng punya karakter suku Makassar dan tradisi masing-masing. Begitupun di Wajo juga punya tradisi tersendiri," ujarnya.
Muhajir mengaku sangat senang dan puas dalam menjalankan tugasnya sekaligus menunaikan kewajiban umat muslim bagi yang mampu itu.
Meski di tanah suci, beberapa jamaah sempat mengalami sakit ringan seperti dehidrasi karena cuaca yang kadang mencapai 50 derajat celsius.
Selain itu, saat tiba di Arab Saudi, sejumlah jamaah haji sempat tersesat.
"Itu waktu awal. Tapi lambat laun semua sudah berjalan lancar," katanya.
Muhajir bersyukur seluruh jamaah yang ikut bersamanya bisa menunaikan ibadah haji dan kembali tanpa kurang satupun. (*)