Sederet Tokoh Rayakan Iduladha 1443 Hijriah di Unismuh Makassar

Penulis: Ari Maryadi
Editor: Waode Nurmin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelaksanaan salat Iduladha 1443 hijriah di Kampus Universitas Muhammadiyah Jalan Sultan Alauddin Makassar Sabtu (9/7/2022).

Maklumat tersebut ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto pada 3 Februari 2022.

PP Muhammadiyah menetapkan 1 Zulhijah 1443 Hijriah jatuh pada hari Kamis, 30 Juni 2022.

Kemudian, Hari Arafah atau 9 Zulhijah 1443 Hijriah jatuh pada Jumat, 8 Juli 2022.

Sementara pemerintah menetapkan hari raya Idul Adha 10 Zulhijah tahun ini jatuh pada Minggu (10/7/2022).

Keputusan tersebut diambil melalui serangkaian sidang isbat yang digelar Rabu (29/6/2022).


Serukan Toleransi

Sekretaris Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Dr KH Abbas Baco Miro mengajak umat Islam bijak menghadapi perbedaan hari Iduladha.

Kiai Abbas kembali mengingatkan, perbedaan dalam agama merupakan sunnatullah.

Terkait penentuan Iduladha, Ramadan, dan Idulfitri, perbedaan memungkinkan terjadi disebabkan oleh sikap ulama atau ahli fikih terbagi dua.

“Ada yang menggunakan metode hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal dan yang kedua, imkanul ru’yah. Inilah yang membuat perbedaan itu bisa terjadi. Apalagi, pemerintah melalui Kementerian Agama menambah, untuk ru'yah meningkat standarnya dari 2 derajat menjadi 3 derajat,” kata Abbas.

Penambahan standar ini membuat potensi perbedaan terjadi sampai enam kali dalam 24 tahun, bukan hanya pada Ramadan, tetapi juga bulan lain.

Kiai Abbas menegaskan, perbedaan ini hendaknya disikapi biasa-biasa saja.

“Perbedaan ini jangan menjadi pemicu ketidakharmonisan masyarakat. Karena dari konsep persatuan ‘kan sebenarnya, bukan berarti bahwa hanya satu, tapi konsep keharmonisan, saling memahami, bertoleransi dalam agama, bahkan antaragama, bahkan di luar,” tutur Kiai Abbas.

Kiai Abbas mengajak umat untuk tetap menjaga kesopanan, tidak menggunjing umat yang berbeda hari pelaksanaan Iduladhanya.

Ini karena kita hidup di negara Indonesia, sebagai negara yang beradab, beretika, dan bermartabat.

“Undang-undang ‘kan juga menjamin warga untuk meyakini dan melaksanakan ibadah sesuai dengan pemahaman masing-masing,” tutup Kiai Abbas. (cr2)

 

Berita Terkini