Pernyataan ini menyiratkan perhatian sekaligus harapan khusus PM Australia terhadap Unhas sebagai penarik gerbong utama kemajuan di kawasan Timur Indonesia.
Pasalnya, berbagai kerjasama yang digagas selama ini berpotensi menjadikan Unhas sebagai leadingnya.
Seperti kerjasama yang telah digagas selama ini mulai di bidang pendidikan hingga bidang lainnya.
Di bidang pendidikan misalnya, ada lebih 150 dosen dan staf Unhas yang merupakan alumni Australia.
Unhas juga membangun kolaborasi penelitian dan kerja sama pendidikan yang dalam dengan berbagai universitas di Australia.
Secara khusus kerjasama dengan Griffith University dalam penelitian arkeologi, yang telah menemukan lukisan dinding gua tertua di dunia, yang diyakini berasal dari masa 45.500 tahun.
Di bidang yang lain berupa kebijakan pemerintahan Jokowi dalam bentuk kerjasama Partnership For Australia-Indonesia Research (PAIR).
Kolaborasi yang dimulai sejak 2014 dengan fokus pembangunan infrastruktur jaringan kereta Trans Sulawesi.
Jaringan ini menjadi prioritas pemerintah di kawasan Indonesia Timur dan menjadikan Sulsel sebagai gerbang utamanya.
Bersamaan dengan itu maka infrastruktur lainnya pun akan ikut dibangun sehingga zona industri dan peluang akan berkembang pesat.
Keberadaan ini tentu saja akan membutuhkan dukungan dari Unhas, sebagai mitra dalam support sytem riset dan pengembangan.
Kesempatan Unhas
Dalam konteks ini maka kehadiran PM Australia tidak hanya dapat dimaknai sebagai kepentingan bilateral antar negara, namun harus mampu dibaca dalam peluang dan kesempatan yang lebih luas lagi.
Dalam konteks ini, maka sejauhmana Unhas mampu memanfaatkan momentum kedekatan sejarah sekaligus posisi strategisnya dalam memajukan Unhas ke depan.
Di bawah kepemimpinan PM Anthony Albanese yang merupakan asal dari Partai Buruh, Australia tengah fokus meningkatkan kembali pembangunan industri manufakturnya.