TRIBUNLUWU - Dinas Pertanian Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, mulai meningkatkan kewaspadaan penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi.
Sekretaris Dinas Pertanian Luwu, drh Jumardin, mengatakan, pengawasan tetap dilakukan meski pihaknya belum menemukan dan menerima laporan soal penyakit tersebut.
"Untuk sementara di wilayah kita belum ditemukan adanya laporan soal PMK. Walaupun begitu, kami mulai meningkatkan pengawasan lalu lintas hewan khususnya dari luar daerah," kata Jumardin, Selasa (17/5/2022).
Sejauh ini kata Jumardin, belum ada ternak sapi yang masuk ke Luwu.
Dari beberapa kandang yang diperiksa, seluruhnya masih kosong.
"Ada beberapa ekor sapi, tapi itu ternak lokal dan tidak dikandangkan. Penyakit PMK ini memang perlu kita waspadai apalagi jelang lebaran Idul Adha nanti," ujarnya.
Jika menemukan penyakit ini, warga diharap melapor.
"Yang bisa dihubungi jika ada gejala sapi PMK, yakni Masrullah pada nomor 081355451035 dan Hendra di nomor 08529800354," tuturnya.
PMK yang menyerang hewan ternak sapi, kerbau, domba, dan kambing kembali terjadi di Indonesia.
Bahkan, PMK ini juga menyerang hewan liar, seperti gajah, antelope, bison, menjangan, dan jerapah.
Penyakit yang disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus, yakni Aphtaee epizootecae pernah terjadi di Indonesia, yakni sekitar 1887.
Beberapa tahun berikutnya, Indonesia berhasil keluar dari wabah PMK dan dinyatakan bebas PMK pada 1990 oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE).
Namun, pada akhir April 2022, kasus PMK kembali menyerang hewan ternak di Indonesia.
Sejumlah daerah melaporkan kasus PMK, mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Lombok hingga Aceh.
Virus penyebab PMK ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu serta produk susu.
Sementara itu, tingkat penularan PMK cukup tinggi dengan tingkat kematian 1-5 persen. (*)