Selama gotong royong berlangsung, warga mendirikan tenda di tengah hutan.
"Warga membawa bekal dan peralatan salama gotong royong," kata Karel dalam rilis diterima Tribun Timur, Senin (9/5/2022).
Jarak Rampi ke Bada, kata Karel, hanya 36 km.
Sementara jarak Rampi-Masamba mencapai 86 km.
"Jarak ke Bada jauh lebih dekat dibandingkan ke Masmaba, hanya akses yang belum memadai," katanya.
Masyarakat Rampi mengambil langkah gotong royong untuk dapat menunjang perputaran perekonomiannya.
Melalui jalur keagamaan masyarakat Rampi juga melakukan lobi bersama Pemerintah Kabupaten Poso.
"Jalur keagamaan sangat tepat karena masyarakat Rampi mayoritas keagamaannya dibawah naungan Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST)," tutur Karel.
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, menanggapi pernyataan warga Rampi ingin pindah ke Sulteng.
Indah mengatakan, pada prinsipnya adalah percepatan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.
"Seperti yang sama diketahui bahwa akses ke Kecamatan Rampi memang sangat sulit dengan topografi wilayah lereng berbatuan granit Kambuno yang mudah lapuk," kata Indah, Senin (9/5/2022).
Sejak terbentuknya Luwu Utara pada tahun 1999 silam, pemerintah daerah telah berupaya membuka akses darat dari Masamba-Pincara-Onondowa (Rampi).
Termasuk dengan melibatkan sipur TNI, membangun rabat beton di spot tertentu, dan mengalokasikan anggaran beberapa tahun untuk pelebaran dan pemeliharaan jalan.
"Alhamdulillah untuk akses antara desa relatif sudah berjalan baik. Yang jadi tantangan adalah akses dari kecamatan ke ibu kota kabupaten (Masamba)," katanya.
Pada tahun 2019 sudah diinisiasi bersama dengan Pemprov Sulsel dan Kodam IV Hasanuddin melalui program TMMD/Karya Bakti untuk membuka akses lain.