TRIBUN-TIMUR.COM - Aksi unjukrasa mahasiswa di depan gedung DPR RI, Jakarta, Senin (11/4/2022) diwarnai dengan aksi pengeroyokan terhadap pegiat media sosial yang juga dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando.
Ade Armando dikeroyok saat berada di tengah-tengah pengunjuk rasa. Menurutnya, ia berada di tengah-tengah aksi mahasiswa sebagai bentuk dukungan terhadap aksi tersebut.
Ade mengklaim mendukung mahasiswa karena ia juga menyatakan menolak wacana Presiden tiga periode yang sempat ramai jadi pembicaraan di Indonesia.
Pantauan Kompas.com, Ade tampak babak belur dan wajahnya mengalami luka hingga berdarah. Dua polisi terlihat membopongnya untuk menghindari massa demonstran.
Ade mengenakan kaus hitam bertulisan "Pergerakan Indonesia untuk Semua", tetapi ia sudah tidak menggunakan celana.
Dosen Universitas Indonesia (UI) itu langsung mendapatkan perawatan intensif lanjutan oleh tim medis di dalam Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Sebelumnya, dikutip dari Tribunnews.com, Ade Armando terlihat hadir di area depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta.
Dia menyayangkan rekan-rekan BEM SI yang tampaknya terlihat terpecah dalam aksi hari ini.
"Sayangnya, BEM SI yang terpecah dan yang sekarang melakukan demo ini malah BEM SI yang lebih kecil," tutur dia saat ditemui di lokasi, Senin.
"Saya tidak ikut demo, tetapi saya memantau dan saya ingin menyatakan mendukung," kata Ade.
Dirinya mendukung penuh jika para mahasiswa menolak dilakukannya amendemen UUD 1945 untuk mengakomodasi perubahan masa jabatan presiden.
"Kalau isu yang, kan sekarang jadi kacau ya isunya, ada isu turunkan Jokowi. Walaupun kemudian dibantah ya oleh BEM SI, tapi kalau isunya meminta agar dibatalkan amendemen saya rasa mayoritas bangsa setuju ya, dan saya menyatakan persetujuan juga terhadap itu," jelasnya.
Menurut Wikipedia, Ade Armando lahir pada 24 September 1961.
Ia tercatat sebagai dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UI.
Saat ini, Ade berstatus sebagai dosen tetap di UI.
Mengutip situs PDDikti, ia meraih gelar S1 hingga S3-nya di UI.
Ade lulus dan berhasil meraih gelar S1 pada 1988.
Lalu, di tahun 1883 ia mendapatkan gelar S2-nya dan lulus S3 pada 2006.
Dikutip dari TribunnewsWiki.com, Ade pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama sang istri.
Ia juga tercatat pernah tergabung dengan harian Republika dan menempati posisi sebagai redaktur.
Namun, Ade memutuskan mundur dari surat kabar tersebut pada 1998 karena merasa tertekan pengaruh politik.
Berikut ini riwayat karier Ade Armando:
- Anggota Redaksi Jurnal Prisma (1988-1991);
- Redaktur Penerbitan Buku LP3ES (1991-1993);
- Redaktur Harian Republika (1993-1998);
- Manajer Riset Media di perusahaan riset pemasaran transnasional, Taylor Nelson Sofres (1998-1999);
- Direktur Media Watch & Consumer Center (2000-2001);
- Anggota Kelompok Kerja Tim Antardepartemen RUU Penyiaran, Kementrian Negara Komunikasi dan Informasi (2001);
- Ketua Program S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UI (2001-2003);
- Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Internews (2001-2002);
- Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (2004-2007);
- Anggota tim asistensi bagi Kementrian Pemberdayaan Perempuan dalam penyiapan naskah Rancangan Undang-undang Pornografi (2007-2008);
- Pemimpin Redaksi Madina-online.net, sebuah versi dunia maya dari majalah Madina yang dipimpinnya (2008-2009);
- Direktur Komunikasi, Saiful Mujani Research and Consulting (2014-sekarang).