Indra Keberagamaan (4)
Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Sahabat saya, Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu, akhirnya terpancing juga dengan celoteh saya.
Ketika mengulas tentang ragam keterjebakan manusia, misalnya jebakan penipuan dengan modus IT, Prof Dwia merespon dengan menyebutnya sebagai efek dari rasionalitas masyarakat di era 4.0.
Prof Dwia melihatnya sebagai efek dari kehidupan yang melampauhi modernitas, yang disebutnya sebagai beyond modernism.
Saya bukan hanya setuju dengan pandangan Prof Dwia tetapi mencoba menguliti dasar dari pikiran beliau.
Saya ingin memperhadapkan istilah beyond modernism-nya Prof Dwia dengan istilah Within Humanism.
Saya belum cek kecocokan tata bahasanya, tapi paling tidak gagah-gagahan sedikit dengan istilah.
Menurutku, Prof Dwia ingin mengeritik kehampaan yang ditumbulkan oleh modernitas yang kebablasan, yang menjadi ciri masyarakat saat ini.
Akibatnya, rasionalitas mengalami disorientasi, rasionalitas yang tidak rasional.
Bayangkan, manusia saat ini terlalu mempercayakan kehidupannya kepada mesin.
Seakan-akan mesin akan menyelesaikan semuanya.
Kecerdasan buatan yang disiapkan oleh manusia sendiri, menurutku, menjadi monster yang mengancam kemanusiaan.
Karakter yang menjadi kekuatan manusia yang oleh guru saya disebutnya "inner capacity" cenderung dinihilkan.