Oleh: Firdaus Muhammad
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin dan Ketua Komisi Infokom MUI Sulsel
Anre Gurutta Haji (AGH) Fathul Muin Daeng Maggading (1919-1985), beliau dilahirkan di Maros, tepatnya di Dusun Pakkali Desa Alatengae Bantimurung tanggal 17 Desember 1919.
Ayahnyanya bernama H Ba’ Alawi dan ibunya, Hj Husnah. Ba Alwi dikenal ulama juga pebisnis, pernah mukim di Mekkah dan berjumpa KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, saat keduanya belajar di Mekah.
Semasa muda, AGH Daeng Maggading dikenal memiliki jiwa nasionalis tinggi hingga pernah menurunkan bendera Belanda bersama pemuda Maros.
Meski kelak pemerintah Maros memberikan gaji veteran, tetapi beliau tidak mengambilnya dengan alasan tertentu.
Hubungan Daeng Patompo mantan Walikota Makassar dikenal sebagai teman seperjuangannya cukup baik.
Keduanya sebagai pejuang kemerdekaan memilih jalan berbeda, Patompo aktif di Pemerintahan sementara Daeng Magading aktif di Muhammadiyah.
Patompo segan pada AGH Daeng Maggading yang keras menentang kebijakan yang dianggapnya keliru, tetapi keduanya sahabat yang baik.
Dalam penelitian tesis Syandri pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar dan dibukukan berjudul; KH Fathul Muin Daeng Maggading dalam Pergolakan Dakwah Sulawesi Selatan Akhir Abad XX, Ulama Kharismatik dari Perjuangan Merebut Kemerdekaan hingga Era Pergolakan Orde Baru, terbit tahun 2021 oleh penerbit Arrahmah.
Syandri uraikan, pendidikan masa kecilnya diselesaikan di Maros hingga mengenyam kuliah di Makassar.
Beliau juga pernah mengenyam pendidikan tingkat atas di Muallimin Muhammadiyah Bukittinggi Padang.
AGH Fathul Muin Daeng Magading dikenal hafiz sejak usia belasan tahun, bacaannya khas, selain itu menguasai Bahasa asing yaitu; Bahasa Arab, Inggris dan Belanda.
AGH Fathul Muin Daeng Maggading memiliki semangat belajar, terutama dalam bidang bahasa dan ilmu agama.
Beliau belajar pada beberapa ulama ternama yaitu: AGH. Ba Alwi (ayahnya), AGH S Madjidi, AGH Marzuki Hasan, AGH Djabbar Asyry Thalib, Buya Hamka dan Buya Abdul Malik Ahmad.