Perang Rusia Ukraina

Inilah Daftar Negara yang Dianggap Rusia Sebagai Musuh: 4 Dari Asia, 1 Negara Tetangga

Editor: Ilham Arsyam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Vladimir Putin

TRIBUN-TIMUR.COM - Perang Rusia vs Ukraina masih berkecamuk.

Di tengah pertemupran itu, Rusia baru saja merilis daftar negara yang diklaim menjadi "musuhnya".

Daftar negara ini disampaikan oleh kantor berita Rusia, TASS pada Senin (7/3/2022).

Diberitakan TASS, Vladimir Putin mencatat daftar negara dan wilayah yang 'tidak bersahabat' dengannya.

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin juga telah menandatangani persetujuan daftar ini.

Hal itu lantaran negara dan wilayah tersebut memberlakukan atau bergabung memberikan sanksi kepada Rusia setelah dimulainya invasi di Ukraina.

Daftar negara tersebut di antaranya Amerika Serikat, Kanada, dan negara bagian Uni Eropa, dan Inggris, termasuk wilayah Jersey, Anguilla, Kepulauan Virgin Britania Raya, dan Gibraltar.

Ada juga Ukraina, Montenegro, Swiss, Albania, Andorra, Islandia, Liechtenstein, Monako, Norwegia, San Marino, Makedonia Utara, dan juga Jepang.

Korea Selatan, Australia, Mikronesia, Selandia Baru, Singapura, dan Taiwan juga termasuk dalam daftar tersebut.

Keputusan tersebut disusun berdasarkan Keputusan Presiden Rusia 5 Maret 2022 Tentang Tata Cara Sementara Pemenuhan Kewajiban Beberapa Kreditur Asing.

Dari keputusan ini, pemerintah Rusia mengimbau warga negara dan perusahaan Rusia yang memiliki kewajiban membayar valuta asing kepada kreditur asing dari daftar negara tersebut, dapat membayarnya dalam mata uang Rusia, rubel.

Untuk melakukan itu, debitur dapat meminta bank Rusia untuk membuat akun rubel khusus atas nama kreditur asing dan memasukkan pembayaran dalam rubel yang setara dengan kurs Bank Sentral pada hari pembayaran.

Namun, prosedur sementara yang baru berlaku untuk pembayaran yang melebihi 10 juta rubel per bulan (atau jumlah yang sama dalam mata uang asing).

Dikutip dari The Local News, para ahli mempercayai langkah ini datang berawal dari sanksi barat terhadap Rusia.

Namun, ruang lingkup dan dampak yang tepat dari dimasukkannya negara-negara itu ke dalam daftar juga tidak jelas.

Meskipun begitu, kantor berita Interfax melaporkan siapa pun di Rusia yang ingin berurusan dengan negara-negara dalam daftar hanya dapat melakukannya dengan persetujuan pemerintah.

"Semua bisnis dan transaksi perusahaan Rusia dengan warga negara dan perusahaan dari negara yang tidak bersahabat dengan Rusia sekarang disetujui oleh komisi pemerintah untuk pengawasan investasi asing," ujar laporan itu.

Namun, dampak praktis dari ini kemungkinan akan relatif minimal.

Terutama dengan perusahaan-perusahaan barat karena sudah menarik diri dari Rusia karena sanksinya.

Sementara, netralitas Swiss dipertanyakan setelah keputusan untuk bergabung dengan upaya sanksi Uni Eropa.

Sebelumnya, Swiss telah berulang kali mengatakan komitmen terhadap netralitas belum tergoyahkan.

Namun pada hari Senin (7/3/2022), Presiden Swiss Ignazio Cassis menepis kekhawatirannya.

Ia mengungkapkan bahwa sanksi barat adalah deklarasi perang.

"Swiss tidak berperang dengan Rusia," kata Cassis.

Negara yang Dukung Rusia, Termasuk China?

Setidaknya, ada 5 negara yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

Mereka tak lain dan tak bukan adalah sekutu Moskwa sendiri.

Negara pendukung Rusia tersebar di Eropa, Asia, dan Amerika Latin.

1. Belarus

Sebagai sekutu Rusia dan yang posisinya paling dekat dengan negara itu serta berbatasan langsung dengan Ukraina, Belarus mendukung langkah Vladimir Purin melakukan invasi.

Meski membantah tentaranya ikut-ikutan menyerbu Ukraina, pasukan Rusia dilaporkan bergerak dari perbatasan Belarus menuju Ukraina.

Belarus juga masih menampung sekitar 30.000 tentara Rusia yang ikut latihan militer bersama mereka awal bulan ini.

"Penerbangan Rusia dikendalikan dan dipandu oleh pesawat A-50 yang dikerahkan dari wilayah Minsk di wilayah udara Belarus dan Republik Otonomi Crimea yang diduduki sementara," menurut keterangan Kedutaan Besar Ukraina di Indonesia, Jumat (25/2/2022).

Presiden Belarus Alexander Lukashenko adalah sekutu dekat Putin.

2. Myanmar

Myanmar adalah satu-satunya negara ASEAN yang terang-terangan mendukung Rusia.

Junta Myanmar pada Jumat (25/2/2022) menyatakan mendukung invasi Rusia ke Ukraina, dengan menyebut langkah itu menunjukkan posisi Moskwa sebagai pemimpin dunia.

Rusia adalah salah satu sekutu utama dan pemasok senjata ke para jenderal Myanmar.

Mereka juga berkali-kali melindungi negara yang dilanda kudeta itu di PBB.

Polisi berjaga di Naypyidaw pada Jumat (29/1/2021), jelang pembukaan kembali parlemen pada 1 Februari usai kemenangan Aung San Suu Kyi dan partainya, National League for Democracy (NLD), di pemilu Myanmar November 2020. ((AFP PHOTO/THET AUNG)
Juru bicara junta Zaw Min Tun mengatakan, militer Rusia melakukan hal yang benar demi keberlanjutan kedaulatan negara mereka.

"Rusia menunjukkan posisinya kepada dunia sebagai kekuatan dunia," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip AFP.

Jenderal Min Aung Hlaing pernah berkata kepada Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu bahwa tentara Myanmar menjadi salah satu yang terkuat di kawasan berkat bantuan negaranya, menurut kantor berita TASS.

3. Suriah

Dalam panggilan telepon kepada Putin pada Jumat (25/2/2022), Presiden Suriah Bashar Al-Assad memuji invasi Rusia ke Ukraina.

Dikutip dari AFP Assad mengatakan, keputusan Putin itu adalah untuk mengoreksi sejarah.

"Presiden Assad menekankan bahwa apa yang terjadi hari ini adalah koreksi sejarah dan pemulihan keseimbangan dalam tatanan global setelah jatuhnya Uni Soviet," ujar kantor kepresidenan Suriah.

Assad juga mengatakan, "Suriah mendukung Federasi Rusia berdasarkan keyakinannya bahwa posisinya benar dan karena menghadapi ekspansionisme NATO adalah hak Rusia."

Suriah adalah sekutu setia Rusia yang melakukan intervensi dalam perang saudara Suriah pada 2015, dengan meluncurkan serangan udara untuk mendukung pasukan rezim Assad.

4. Venezuela

Dikutip dari KompasTren, Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada Selasa (22/2/2022) menyatakan dukungan penuh kepada Rusia dalam menghadapi sikap agresif yang diambil oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Venezuela mengumumkan semua dukungannya untuk Presiden Vladimir Putin dalam membela perdamaian di Rusia, rakyatnya, dan tanah airnya."

"Semua dukungan kami untuk Presiden Putin!” kata Nicolas Maduro dikutip dari TeleSUR, Rabu (23/2/2022).

"Perdamaian Rusia adalah perdamaian dunia dan kami akan mempertahankannya. Rusia dan semua orang di dunia harus dihormati,” imbuhnya.

5. Kuba

Kuba bersama Suriah, Nikaragua, dan Venezuela adalah empat negara paling awal yang menyatakan dukungan saat Putin mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, dua wilayah separatis pro-Rusia di Ukraina.

Bagaimana dengan China?

Meski termasuk sekutu Rusia, Cina tampak berhati-hati menanggapi konflik Rusia-Ukraina dan menolak menyebutnya invasi atau mengecam tindakan Putin.

Presiden Cina Xi Jinping menelepon Putin pada Jumat (25/2/2022), meminta Rusia bernegosiasi dengan Ukraina.

"Situasi di Ukraina timur mengalami perubahan yang cepat ... (dan) Cina mendukung Rusia serta Ukraina untuk menyelesaikan masalah melalui negosiasi," menurut pembacaan telepon dari TV negara Cina CCTV yang dikutip AFP.

Penting untuk "meninggalkan mentalitas Perang Dingin, mementingkan dan menghormati keamanan semua negara, dan membentuk mekanisme keamanan Eropa yang seimbang, efektif serta berkelanjutan melalui negosiasi," lanjut Xi Jinping.

Netralitas Cina juga ditunjukkan dengan komentar Menteri Luar Negeri Wang Yi kepada para pejabat senior Eropa pada Jumat (25/2/2022), bahwa Cina menghormati kedaulatan Ukraina.

Di sisi lain, dia menilai kekhawatiran Rusia tentang ekspansi NATO ke timur harus ditangani dengan benar.

Akan tetapi Cina, bersama UEA dan India, abstain dalam rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang membahas perang Rusia vs Ukraina. (*)

Berita Terkini