Lebih beruntung karena profesi jurnalis yang saya sandang, sehingga terbiasa mencatat dan mendokumentasikan segala sesuatu.
Termasuk sosok Maruli Simanjuntak ini.
Masih terkenang jelas jejak-jejak Maruli Simanjuntak dan kawan-kawan seangkatan, saat awal penugasan.
Hari-hari setelah setelah mereka lulus akademi militer dan dilantik presiden menjadi prajurit berpangkat letnan dua.
Izinkan saya mengilas balik ke era 90-an, saat awal merajut persahabatan dengan Maruli Simanjuntak.
Itu terjadi secara kebetulan. Benar.
Kebetulan saya punya teman sejak Taman Kanak-kanak di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan, bernama Andi Sirajuddin Kube Dauda (almarhum), yang akrab saya panggil Aju.
Ia juga seorang tentara baret merah, lulusan Akmil lichting 1991.
Ayah Aju bernama Andi Kube Dauda, mantan bupati di Sulsel, seumuran ayah saya.
Aju ini kakak angkatan Maruli Simanjuntak.
Mereka sangat dekat karena sama-sama atlet judo.
Jadi, Aju, Maruli Simanjuntak dan teman-temannya sering main ke tempat saya di Cinere, perbatasan Depok dan Jakarta Selatan.
Sebaliknya, saya juga sering nongkrong di rumah Aju di bilangan Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur.
Tak jarang saya melihat dan menemani mereka latihan judo di Mako Kopassus, Cijantung.
Saya perhatikan, angkatan 1991 dan 1992 sangat akrab.