Itu jika kita sepakati bahwa jodoh adalah takdir (ketentuan) Tuhan.
Bahwa ia menjadi anak-menantu Luhut, adalah takdir yang tak bisa dielakkan oleh manusia.
Mungkin sedikit yang tahu, bahwa Paulina Pandjaitan, yang kemudian menjadi Nyonya Maruli Simanjuntak, mengenal Maruli Simanjuntak justru bukan sebagai seorang prajurit (TNI), melainkan sebagai atlet judo.
Benar. Kisah mereka terajut saat SEA Games ke-18 tahun 1995 di Jakarta.
Paulina sebagai liaison officer, sedangkan Maruli Simanjuntaksebagai atlet judo.
Atlet yang berlatar belakang militer.
Tahukah Anda, di mana posisi calon mertuanya saat itu? Tahun 1995, Kolonel (Inf) Luhut Binsar Panjaitan menjabat Komandan Korem 081/Dhirotsaha Jaya, Madiun, Jawa Timur.
Baca juga: Harta Jenderal Maruli Simanjuntak Capai Puluhan Miliar, Ini Sumber Kekayaan Pangkostrad yang Baru
Maruli – Paulina lalu menikah tahun 1999. Saat itu, Luhut Pandjaitan sudah pensiun dengan pangkat Jenderal Kehormatan dan menjabat Dubes RI di Singapura.
Itu cukup menjelaskan, bahwa perjalanan Maruli Simanjuntak justru banyak ditapaki ketika ayah mertuanya tidak berada di lingkaran kekuasaan, baik di militer maupun di pemerintahan.
Menurut catatan saya, dua-per-tiga jabatan yang pernah diemban, adalah jabatan-jabatan komandan.
Jabatan-jabatan pemegang tongkat komando.
Dari sisi ini saja kita paham bahwa Maruli Simanjuntak adalah prajurit yang memang memiliki kapasitas dan kapabilitas.
Beberapa jabatan puncak kesatuan yang pernah ia sandang, dimulai dari Komandan Detasemen Tempur Cakra (2002), lalu Komandan Batalyon 21 Grup 2/Sandi Yudha (2008-2009). Selanjutnya, Komandan Sekolah Komando Pusdikpassus (2009—2010), Komandan Grup 2/Sandi Yudha (2013—2014), Komandan Grup A Paspampres (2014—2016), Komandan Korem 074/Warastratama (2016—2017), Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) (2018—2020), dan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IX/Udayana (2020—2021).
Awalnya karena Aju
Beruntung, saya bisa memotret dekat perjalanan karier Maruli Simanjuntak di militer.