TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Puluhan mahasiswi berunjukrasa di bawah jalan fly over perempatan Jl AP Pettarani-Urip Sumoharjo, Makassar, Jumat (10/12/2021) sore.
Unjuk rasa dari Aliansi Gerakan Perempuan itu terkait peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM).
Mereka hadir dengan dress hitam-hitam dan jilbab hitam.
Layaknya pengunjukrasa pada umumnya, mereka yang kesemuanya mahasiswi juga melakukan aksi bakar ban.
Selain itu, membentangkan spanduk berisi pesan kecaman terhadap kasus pelecehan dan kekerasan seksual terhadap perempuan.
Aksi itu berlangsung di antara unjuk sejumlah aliansi yang berpusat di kawasan fly over.
"Tidak Ada Ruang Aman Bagi Perempuan," tulisnya.
Kordinator Lapangan Aliansi Gerakan Perempuan itu, Alda, menyebut banyaknya aksi kekerasan terhadap perempuan harus disikapi serius oleh negara
"Banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak mestinya disikapi serius oleh pemerintah," kata Alda ditemui di sela orasi.
Salah satu contoh kasus yang disebut, yaitu kasus kekerasan seksual yang terjadi di Bandung.
Dimana terdapat 12 santriwati yang diperkosa oleh gurunya.
Begitu juga di kasus kekerasan Sulawesi Selatan.
"Dimana terjadi kekerasan seksual oleh ayah terhadap anaknya sendiri," ungkap Alda.
Begitu juga dengan kasus pelecehan yang dialami mahasiswi peserta Pertukaran Pelajar dan Mahasiswa (PPM) program Kampus Merdeka Kemendikbud, Kamis kemarin.
"Terbaru terkait pelecehan terhadap mahasiswi di salah satu kampus kemarin," ujarnya.
Dalam pernyataan sikapnya, gerakan mahasiswi itu memaparkan sejumlah data kekerasan terhadap perempuan.
Terdapat 299.911 terhadap perempuan selama 2020. Data tersebut mereka himpun dari Pengadilan Negeri dan Agama, serta sejumla Lembaga mitra Komnas Perempuan.(*)