Luasnya wilayah itu mendorong para ulama aktif melakukan penyalinan dan pengajaran al-Qur’an.
Berkat ketekunan dan keikhlasan para ulama tersebut, lahirlah mushaf al-Qur’an yang disebar dan diajarkan turun temurun. Sangat sedikit mushaf yang beredar di Sulsel, sulit teridentifikasi penulisnya.
Sebanyak 18 mushaf kuno yang ditulisan ulama Bugis pada rentang akhir abad 19 dan awal abad 20.
Diantara mushaf itu kini tersimpan rapi di Museum Balla Lompoa Gowa ditulis oleh Syekh Ahmad Umar bin Syekh Abdul Hayyi (1841).
Syekh Abdussalam al-Bugisy al-Pammani (1846) juga menyalin al-Qur’an yang kini tersimpan di Bone.(*)
Tulisan ini juga diterbitkan pada harian Tribun Timur edisi, Jumat (10/12/2021).