Otobiografi Prof Basri

Prof Basri, Sang Guru dengan Gelombang Danau Tertiup Angin Semilir

Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Taslim Arifin, pencetus Wali Wanua Sulsel

Oleh: Taslim Arifin
Alumnus FEB Unhas/Pencetus Wali Wanua

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sepanjang pengenalan dan interaksi aktif dengan Pak Basri Hasanuddin selama hampir 50 tahun, baik sebagai murid maupun sebagai kerabat yang sering bertukar pikiran, adalah manusia yang menempatkan kemanusiaan, keharmonisan, keindahan yang cenderung romantik era Viktoria, kekeluargaan yang sangat Timur, serta obyektifitas dan kemurnian ilmu pengetahuan pada tingkat yang utama dan hampir segalanya.

Segala bentuk pergaulan yang bersentuhan dengannya dan atau lingkungan yang tidak sejalan dengan patokan dasar itu, akan tidak diminati, dihindari sekuat mungkin.

Kendatipun tidak harus dikemukakan atau bereaksi dalam bentuk ketidaksetujuan yang bersemangat dan terbuka.

Pak Basri Hasanuddin lahir untuk mendorong dinamika positif dan kreatif pada lingkungan yang digeluti dengan cara hening.

Otobiografi Prof Basri Hasanuddin yang diluncurkan Sabtu, 6 November 2021. (Courtesy: Supratman Supa Athana)

Pak Basri Hasanuddin sesungguhnya tidak ada indikasi bercita-cita ingin menjadi pejabat struktural.

Tetapi dalam perjalanan hidupnya beliau dijejali dengan banyak pekerjaan yang birokratik.

Dia lebih pekat karakternya sebagai ilmuwan murni, budiman, dan juga mendekati seniman.

Sekumpulan karakter yang terpenuhi dan sempurnah sebagai intelektual dan guru sejati.

Pak Basri Hasanuddin memilih gelombang yang ada pada danau yang tenang dengan tiupan angin yang semilir dan sepoi, ketimbang gelombang yang bergelora di samudra lepas.

Sehingga dalam perjalanan kariernya sebagai rektor, menteri, dan duta besar serta bidang pengembangan tenaga pengajar di Universitas Hasanuddin, diselesaikan secara tenang, cepat, dan nyaris senyap.

Pertama saya kenal Pak Basri Hasanuddin tanpa beliau mengenalku karena saat itu masih kuliah pada “tingkat persiapan” (tingkat satu, kepala masih gundul akibat perpeloncoan).

Saat itu Pak Basri Hasanuddin memberi kuliah Pengantar Ekonomi yang mencakup Teori Ekonomi Makro dan Mikro.

Saat itu beliau menjelaskan dengan sangat sistematis, mudah dimengerti, menguasai sepenuhnya materi yang dijelaskan, dan karena Pak Basri Hasanuddin perawakannya dendi, mahasiswa betah mengikuti kuliah yang beliau ajarkan kendatipun memerlukan waktu 2 jam.

Pak Basri Hasanuddin adalah termasuk kategori dosen yang sanggup menyederhanakan materi kuliah yang rumit menjadi gampang dimengerti, menarik untuk dikaji lebih dalam, tanpa mengurangi substansi ilmunya.

Bertukar fikiran dengan Pak Basri Hasanuddin terkesan nyaman, dialektik, demokratik dan selalu menuai intisari masalah yang dibicarakan dan insfiratif melahirkan berbagai pemikiran atau ide ide baru, kendatipun saya sebagai yunior dalam segala bidang.

Halaman
12

Berita Terkini