Opini Tribun Timur

Lulus Sebelum Ujian; Kunci Meraih Ikatan Halal yang Bahagia

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Khalil Nurul Islam, Mahasiswa UIN Alauddin Makassar

Khalil Nurul Islam

Magister Manajemen UIT & Ilmu Hadis UINAM/Ketua FLP UIT

Cinta yang halal belumlah cukup dalam membina rumah tangga karena tujuan pernikahan sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Qur'an Surah al-Rum ayat dua puluh satu, salah satunya agar tercapai sakinah (ketenangan jiwa) terhadap pasangan dalam ikatan yang halal (halal relationship).

Sakinah adalah salah satu kebahagiaan dalam membina ikatan yang halal karena cinta yang halal tanpa hubungan emosional yang halal maka rumah tangga itu hanya akan menjadi duri, istilah kekinian hanya sebagai toxic relationship.

Seorang cendikiawan pernah mengatakan, “Didiklah anakmu dua puluh lima tahun sebelum ia dilahirkan.”

Mendidik anak menjadi bagian penting dalam menciptakan kemajuan peradaban.

Namun, jauh sebelum itu yang harus dididik adalah pendidik itu sendiri. Setidaknya ada beberapa bagian penting untuk diperhatikan sebelum memasuki gerbang ikatan halal.

Pertama adalah kecerdasan emosional atau kedewasaan. Kecerdasan emosional menjadi salah satu kunci keberhasilan berumah tangga yang langgeng.

Karena biasanya banyak rumah tangga harus berakhir karena ketidakdewasaan pasangan dalam membina hubungan mereka.

Kedewasaan bukanlah tentang usia tapi tentang pilihan dan jam terbang yaitu apakah seseorang ingin terus berubah dan berbenah memperbaiki diri.

Setiap orang harus selesai dengan dirinya sendiri dalam artian tahu kelebihan dan kekurangan mereka dan tahu bagaimana mengontrol diri dalam segala keadaan.

Kecerdasan emosional akan menjadikan setiap pasangan mampu melewati segala masalah yang muncul dalam membina rumah tangga.

Kedua adalah Kecerdasan dalam bertanggungjawab, tidak heran ketika Rasulullah pernah menyarankan kepada seseorang agar tidak menikah dengan orang yang ringan tangan dalam memukul dan yang tidak punya pekerjaan.

Nah untuk terjun di dunia kerja minimal seseorang punya skill atau keterampilan yang bisa menghasilkan, tentunya dengan jalan yang halal.

Selain skill yang diperlukan lainnya untuk terjun ke dunia kerja adalah pengetahuan (knowledge) dan jaringan sehingga seseorang juga harus memperluas relasinya dengan orang lain, istilahnya the power of silaturahim atau orang biasanya bilang banyak teman banyak rezki.

Ketika setiap pasangan telah berumah tangga maka di saat itulah mereka harus bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang tua.

Nah, jika hal-hal dapur dan perut tidak terpenuhi maka hal inilah juga yang banyak menjadi penyebab hancurnya sebuah rumah tangga sehingga kecerdasan dalam bertanggungjawab menjadi hal yang penting sebelum memasuki gerbang ikatan yang halal.

Ketiga adalah kecerdasan beragama, pengetahuan tentang keduniawian tidaklah cukup karena hidup seseorang tidak hanya akan berakhir di dunia saja.

Destinasi terakhir manusia adalah di akhirat kelak kembali kepada Tuhan. Maka tidak ada gunanya ketika rumah tangga penuh dengan kebahagiaan duniawi tapi kering akan pengabdian kepada Ilahi atau tidak tercapainya kebagian ukhrawi.

Maka pengetahuan agama seseorang juga sangat penting dalam membangun hubungan yang halal sehingga kebahagiaan hubungan halal itu tidak berhenti di dunia saja akan tetapi sampai ke akhirat.

Lulus sebelum ujian adalah seseorang benar-benar telah siap atau matang sebelum memasuki dunia rumah tangga meskipun ada yang bilang “Nanti kita belajar sama-sama,” kata ini bagus-bagus saja jika benar-benar ada komitmen bersama.

Akan tetapi jauh lebih baik jika seseorang telah matang sebelum memasuki ikatan halal.

Lagi-lagi kedewasaan bukanlah tentang usia tapi tentang bagaimana seseorang ingin terus belajar, berbenah dan memperbaiki diri.

Belajar adalah hal yang tidak pernah berakhir, mungkin secara akademik pendidikan seseorang telah selesai saat mereka meraih gelarnya.

Akan tetapi substansi dari pendidikan itu sendiri tidak pernah selesai karena seseorang harus terus belajar itulah sebabnya menuntut ilmu menjadi kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah sebagaimana diisyaratkan oleh hadis Nabi.

Nelson Mandela pernah mengatakan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.

Untuk mengubah dunia memang dibutuhkan perubahan dan perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri.
Berubah bisa diibaratkan dengan hijrah.

Hijrah dari diri yang tidak baik menuju diri yang baik atau hijrah dari pribadi yang baik menuju pribadi yang lebih baik lagi.

Tentang perubahan diri, harus disadari memang bukan hal yang mudah terlebih jika hal itu telah mendarah-daging dan menjadi kebiasaan. Akan tetapi tidak ada yang mustahil jika seseorang ingin berusaha.

Berubah mungkin hal yang melelahkan tetapi mendapatkan sesuatu yang lebih baik jauh lebih menyenangkan.

Nah lulus sebelum ujian adalah hak setiap orang yang ingin berusaha mewujudkannya menjadi nyata. Jadi segera perbaiki diri untuk menggapai cinta halal yang bahagia dunia sampai akhirat.(*).

Tulisan ini juga diterbitkan pada harian Tribun Timur edisi, Kamis (4/11/2021).

Berita Terkini