Tribun Makassar

Ada Pejabat Eselon II Pemprov Sulsel Terkonfirmasi Covid-19, BKD: Pelayanan Tetap Jalan

Penulis: Muhammad Fadhly Ali
Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tampak luar Kantor Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pasien Covid-19 di Sulawesi Selatan (Sulsel) terus bertambah.

Tak terkecuali di area perkantoran. Teranyar, pejabat eselon II Pemprov Sulsel terkonfirmasi Covid-19.

Lalu bagaimana proses berjalannya pemerintahan bila pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) positif Covid-19?

Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sulsel, Imran Jausi mengatakan, pemerintahan dan pelayanan tetap berjalan.

"Biasanya memang dilakukan substitusi pimpinan secara otomatis, Sekdis (Sekretaris Dinas) atau pejabat yang paling senior," katanya.

Seperti diketahui, Pegawai di Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Sekretariat Daerah (Setda) Sulawesi Selatan (Sulsel) ada yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Adpim, Arlan Razak membenarkan hal tersebut.

"Iya, ada satu yang positif dan tiga yang bergejala," kata Arlan via pesan WhatsApp, Kamis (22/7/2021).

Ia pun telah melakukan langkah antisipatif agar penularan Covid-19 di kantornya tak meluas.

"Sudah kita lakukan sterilisasi ruangan," ujarnya.

"Untuk aktivitas berjalan normal, konteks administrasi dikerjakan WFH (Work From Home) dan kegiatan aktivitas tetap berjalan normal," katanya.

Seperti diketahui, kantor Biro Adpim berada di kawasan Kantor Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo Makassar.

Kabar ada pegawai Biro Adpim yang positif sudah terdengar di telinga Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sulsel, Imran Jauzi.

Menurutnya, untuk WFH diberlakukan sesuai Surat Edaran Plt Gubernur.

"Namun jika terdapat kasus positif di OPD, maka tentu harus disikapi oleh Kepala OPD masing-masing," katanya.

"Misalnya dengan memberlakukan hanya 25 persen  jumlah ASN yang hadir. Atau bahkan melakukan penutupan ruang-ruang tertentu yang terdapat ASN positif," tambahnya.

Ahli Epidemologi FKM Unhas, Ridwan Amiruddin menjelaskan, bagaimana menyikapi kasus Covid-19 yang terus mengalami peningkatan.

"Pertama, laksanakan pilar pengendalian  wabah secara benar. Laksanakan surveilans terpadu berbasis komunitas secara aktif," katanya.

"Kedua, hentikan pertumbuhan kasus baru; dengan massive tracing hingga ratio 1:30, intensifkan testing hingga 5 per 1000 perwilayah," tambahnya.

Ketiga lanjut dia, penyiapan isolasi terpusat untuk yang terkonfirmasi covid dengan gejala ringan hingga sedang.

"Keempat menyiapkan Kapasitas RS yang optimal," katanya.

Pada level individu, dibutuhkan kesadaran bersama untuk saling menyelamatkan harus terus digelorakan.

"Bukan waktunya mementingkan diri sendiri dengan tidak peduli terhadap imbauan pemerintah. Jangan menjadi kelompok anti sosial dengan tidak peduli pada orang lain," katanya.

"Inilah waktunya membangun solidaritas sosial yang tinggi untuk saling menyelamatkan," jelasnya.

Penguatan literasi kesehatan adalah pilihan yang baik untuk membangun perspektif yang benar tentang pandemi Covid-19.

Begitu banyak warga yang belum memahami bagaimana bersikap dan bertindak secara benar untuk mengendalikan pandemik ini.

Sehingga pekerjaan menjadi bertambah berat karena kurangnya kepahaman warga terhadap pandemi Covid-19. 

Banyak terjadi distorsi informasi yang perlu diluruskan sebagai salah satu syarat untuk bertindak secara benar.

Karena pemahaman yang keliru adalah awal dari kegagalan dalam menyelesaikan suatu masalah, termasuk dalam pengendalian Covid-19 ini

Berita Terkini