Tetapi anjing tetaplah punya harga diri.
Ia tetap binatang berharga bagi manusia, entah untuk sekedar menyalurkan hobi pada hewan ini, entah untuk mengejar pencuri, entah untuk melacak dan mengejar manusia pelaku kejahatan.
Rekan saya, pernah mengisahkan bagaimana pamannya yang seorang pengusaha kaya disebuah kota keranjingan pada ayam ketawa--rela mengeluarkan uang jumbo hanya untuk membeli anjing garang di luar negeri.
Pamannya ke Eropa membeli sepasang anjing jenis Doberman.
Tujuannya, anjing itu kelak menjaga puluhan ekor ayam ketawa miliknya dari tangan jahil pencuri.
Beberapa tahun kemudian sepasang Doberman itu beranak pinak hingga delapan ekor.
Di suatu malam naas, jelang dini hari, dua orang maling berusaha mencuri ayam ketawa paman rekan saya.
Seorang di antaranya, tewas digigit oleh delapan ekor si Doberman, seorang lainnya selamat dari keganasan anjing ras Eropa itu.
Di situ, anjing efektif menjaga puluhan ayam ketawa, tetapi kejam pada manusia maling.
Anjing di sini berguna, sekaligus berbahaya.
Daya guna anjing untuk menangkap atau melacak pelaku kejahatan juga disadari oleh Polri.
Mereka punya mitra kerja dari bangsa anjing yang akrab disebut "anjing pelacak".
Fungsinya, anjing-anjing pelacak inilah yang melacak pelaku kejahatan yang berlalu.
Dan barangkali perlu mempertimbangkan pentingnya anjing untuk membersihkan negeri ini dari pelaku kejahatan; entah itu kejahatan di lapis bawah, entah itu kejahatan elit kelas atas--seperti korupsi misalnya.
Karena itu, kita tak boleh membenci anjing secara kaffah, bagaimanapun juga anjing punya guna.