Bekas jejak dakwahnya berkeliling merupakan garis-garis bersambung tak putus hingga beliau menutup mata. Ada lembaga pendidikannya yang dititipkan.
Murid-murid dan jamaahnya bergerak di banyak kota. Bagai pasukan yang berjalan teratur dan rapi. Majelis diskusi yang ditinggalkannya bagai menara yang secara teratur memancarkan cahaya ke permukaan gelombang laut yang berkarang. Menara dengan cahaya Aswaja, Ahlul Bait, dan Ahmadiyah.
Kang Jalal sudah pergi. Pemikiran Syiahnya memperkaya pemikiran Islam lainnya. Seperti sebuah taman yang di dalamnya banyak jenis kembang.
Begitulah negeri ini ibarat taman bunga yang luas. Salah satu kembang yang lapisan kelopak-kelopaknys yang sangat indah dan wangi semerbak, itulah Kang Jalal, kembang itu.
Dia telah tiada, tapi aroma wanginya tidak akan hilang. Aroma wanginya dinikmati oleh semua umat. Bukan hanya umat Syiah.(*)