TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU - Pemilik Usaha Rappang, H Sabar, menceritakan bagaimana ia selamat dari reruntuhan rumah lantai empat miliknya yang ambruk saat gempa bumi magnitudo 6.2 SR mengguncang Mamuju dan Majene, Sulbar, Jumat (21/1/2021) dinihari.
Tribun Timur.com menemui H Sabar yang masih diselimuti duka di bawah tenda yang dibangun di sisi kanan rumanya yang roboh itu dan melakukan wawancara. Di Kota Mamuju, rumah Haji Sabar termasuk mewah.
Sebelum awak Tribun melakukan wawancara H Sabar memperlihatkan foto anak dan cucunya yang menjadi korban dalam peristiwa ambruknya rumahnya. Serta memperlihatkan mertua dan cucunya yang selamat.
H Sabar mengatakan saat gempa pertama magnitudo 5.9 SR dia berada di bengkelnya (Bengkel Usaha Rappang) setelah kejadian dia menutup bengkel dan pulang melihat kondisi rumah serta anak, mertua dan cucunya.
"Begitu gempa siang saya langsung tutup tokoh dan pulang ke rumah. Saya lihat rumah tidak ada yang retak, yang tinggal dan sampai jauh malam baru tidur, karena ditau baru saja terjadi gempa,"kata H Sabar kepada Tribun Timur.com.
Malam sudah larut dia pun sudah mulai merasakan kantuk. H Sabar tidur, namun belum lama tertidur, tepat pukul 02.30 Wita saat ia sudah tidur pulas, bencana itu datang, rumah mewahnya berlantai empat yang memakan biaya hingga Rp 2 miliar ambruk total diguncang gempa magnitudo 6.2 SR.
Lima orang tewas dari delapan orang yang tinggal dalam rumah tersebut saat gempa bumi magnitudo 6.2 SR mengguncang Mamuju. Kelima yang tewas adalah tiga orang anaknya, yakni Hj Ririn, Hj Atti dan Dian Rizki dan dua cucunya, yakni Kaizah dan Salsabilah.
Sementara yang selamat tiga orang, yakni H Sabar sendiri, mertua H Cammunu dan seorang cucu perempuannya, Laelah, adik dari Kaizah.
"Saya tidur di kamar lantai dua, itu cucuku yang selamat tidur di bawa tempat tidurku, begitu bergetar langsung hancur, rubuh rapat ke tanah,"ujar H Sabar.
Lalu bagaimana H Sabar bisa selamat dari maut atau bencana yang menimpanya?
Dikatakan, dia selama karena lantai tiga dan lantai empat yang rubuh tidak langsung rapat ke lantai dua, ada ruang sekitar satu meter dari tempat tidurnya.
"Makanya saya selamat, kamarku kan 10 per 10 meter, jadi saat rubuh ada ruang tersisa sekitar satu meter, makanya runtuhan bangunan itu tidak rapat ke saya, makanya cucu saya satu orang juga selama,"tuturnya.
"Anak dan cucu saya yang tewas semua di kubur di Mamuju. Nanti besoknya baru dikuburkan karena kondisinya saat itu hujan terus,"sambungnya.
Meski terkena musibah, namun H Sabar mengaku tetap tegar dan tidak ada niat untuk meninggalkan Mamuju. Malah dia berusaha untuk bangkit kembali dari musibah yang menimpahnya.
"Pokoknya kita tidak bisa tinggalkan Sulbar. Kita ini orang Sidrap dikenal kuat membangun, kita harus bangkit kembali, kita liat di Palu bangkit kembali juga, Mamasa juga bangkit lagi. Tetap kita kuat, karena kita ikut membangun ini daerah sehingga maju,"tuturnya.