Guru Besar Unhas

INNALILLAH Prof Dr Basir Syam M Ag Guru Besar Unhas, Kader NU & Ulama Pangkep Wafat, Alfatihah

Editor: Mansur AM
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

INNALILLAH Prof Dr Basir Syam M Ag Guru Besar Unhas & Kader NU, Dai dan Ulama Pangkep

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kabar duka datang dari Prof.Dr.H.Basyir Syam, M.Ag. Dosen Unhas dan kader Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel ini berpulang Selasa (27/10/2020) tadi malam.

Kepergian Prof Basyir menyisakan duka mendalam bagi keluarga, sahabat-sahabat dan mahasiswanya.

Semasa hidup, almarhum mendedikasikan hidupnya salah satunya meneliti tentang jejaring ulama di Kabupaten Pangkep, Sulsel.  

"Inna LILLAHI wa Inna ILAIHI Raajiun.
Sahabat kita, Muballigh YG IKHLAS, Rendah hati, wajah selalu penuh senyum,
Prof.Dr.H.Basyir Syam, M.Ag. telah berpulang ke Rahmatullah tadi malam.
االهم اغفر له وارحمه وعا فه واعف عنه واجعل الجنة مثواه
In sya Allah almarhum Husnul khatimah.
Lahu Al Fatihah. Aamiin.
Salam hormat pd semua keluarga. Semoga SABAR & TAWAKKAL.
Pergi satu datang seribu pengganti. Semoga.
Hasyim Aidid. 28/10/2020," tulis sahabat almarhum, Prof Hasyim Aidid, Rabu (28/10/2020) pagi ini.

Ulama Kelahiran Pangkep

Sosok Prof Dr H Basir Syam dikenal pecinta ulama.

Sejak kecil beliau telah aktif mengumpulkan catatan kisah-kisah para ulama, terutama di kampung kelahirannya, Kabupaten Pangkep.

Catatan-catatannya cukup lengkap dan aktif bertanya pada sejumlah narasumber untuk mendapatkan keutuhan cerita ihwal sosok ulama yang ditelitinya sejak tahun 1960-an.

Tahun 2019 lalu, beliau pelopori Seminar Nasional Jaringan Ulama Pangkep dengan menghadirkan Dr. Ahmad Rahman Penliti Senior Litbang Kemenag RI dan Sayyid Abd. Rahim Assegaf Puang Makka.

Keinginannya untuk menelusuri kisah-kisah para ulama demikian tinggi.

Dalam wawancara, Rabu, 24/6/2020 beliau menyampaikan telah menulis jejak beberapa ulama terutama di daerah Pangkep yang terhubung jaringan keulamaan dengan daerah lain.

Guru Besar Universitas Hasanuddin tersebut turut mengapresiasi kolom literasi ulama di harian ini diikutinya sejak 2014 hingga kini.

Salah satu kegelisahannya, ingin menyingkap keterputusan jaringan ulama pasca Syekh Yusuf al-Makasssary.

Mempersoalkan hilangnya jejak ulama Sulsel selama ratusan tahun.

Salah satu ulama yang ditelusuri adalah Syekh Abdul Rahim yang lebih melegenda dengan panggilan Puang Awalli yang merintis pengajian kitab kuning di Pulau Salemo.

Kemudian jejak Syekh Sibawaih yang menyebarkan Islam di Pangkep pada abad 18 silam.

Kemudian Syekh Muh. Siddiq dan AGH. Muh. Nur Daeng Matutu yang juga mursyid tarekat Naqsyabandiyah.

Menurutnya, upaya penulusuran itu dilakukan secara aktif melakukan wawancara dari pelaku sejarah terutama murid-murid yang pernah berguru pada para ulama di Salemo.

Lebih dari itu, Prof. Basyir Syam yang pernah mengemban amanah sebagai ketua LDNU Sulsel itu menaruh perhatian pada upaya mengusulkan AGH. Abdurrahman Ambo Dalle sebagai pahlawan nasional.

Dalam tulisan beliau bertajuk Jaringan Ulama Pangkep (2019), Ketua MUI Tamalanrea dan Pengurus MUI Makassar itu menuliskan bahwa Pengajian Pulau Salemo merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Sulsel.

Beliau uraikan bahwa kontribusi AGH Sibbawaih (Katte Lompoa ri Pagang/Ibarakka Daeng Mallabbang) lahir pada tahun 1765.

Dalam penuturan Prof Basir Syam, jaringan keulamaan AGH. Sibabbawaih menyebar bukan hanya di Pangkep tapi ke daerah lain termasuk di Makassar.

selain itu, jejak keulamaan AGH. Dahlan 1870 dan AGH. Ayyub lahir 1873 ulama yang mukim di Baru-baru Bonto Pera.

Catatan-catatan jejak ulama Pangkep yang ditulisnya menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentrum keulamaan di Sulsel.

Ulama-ulama asal Sulsel sebagian pernah bermukim di Mekkah sehingga kedalaman keilmuannya diakui bahkan disegani.

Para ulama kita juga memiliki semangat nasionalisme tinggi.

Menurutnya, nasionalisme AGH. Abdurrahman Ambo Dalle cukup tinggi, kontribusinya nyata.

Dipertegas bahwa keterlibatan gurutta dalam DI/TII semata karena diculik. Karenanya tidak ada alasan kecuali mengukuhkan gurutta sebagai pahlawan nasional. (*)

Sebagian Artikel ini telah terbit di Kolom Literasi Ulama Rubrik Opini Tribun Timur edisi cetak Jumat, 26 Juni 2020

Berita Terkini