UIN Alauddin

Hadirkan Dua Pembicara, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Alauddin Gelar Interpreting Workshop

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Makassar, menggelar interpreting workshop Communicating Words Communicating Meaning”, Sabtu (3/10/2020).

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, menyelenggarakan Interpreting Workshop: Communicating Words Communicating Meaning”, Sabtu (3/10/2020).

Workshop yang diselenggarakan virtual, bekerja sama dengan Prodi Tadris Bahasa Inggris STAIN Majene, serta Lembaga Bahasa Unismuh Makassar.

Workshop virtual dihadiri sekitar 200 peserta, terdiri dari mahasiswa, dosen, dan pegiat penerjemah dari berbagai universitas dan lembaga dari seluruh Indonesia.

Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Majene, Dr Suddin Bani dalam smbutannya mengapresiasi kolaborasi antaruniversitas.

"Kita berharap para mahasiswa khususnya, bisa belajar banyak mengenai penerjemahan," katanya dalam keterangan, Minggu (4/10/2020).

Acara yang dibuka Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, Dr Hasyim Haddade.

Ada dua pembicara, yakni Maharida Manindar yang merupakan praktisi penerjemah/translator dan juga Ketua Lembaga Bahasa Unismuh Makassar.

Narasumber kedua adalah Prof Cyr Couturier, seorang konsultan, dosen dan peneliti di Memorial University Canada.

Maharida Manindar memaparkan perbedaan antara interpreting dan translating, serta bagaimana langkah dalam melakukan keduanya.

Disebutkan juga dalam melakukan interpreting, disarankan memiliki attitude baik, misalnya dalam melaksanakan tugas secara amanah, komunikasi dan pelayanan kepada klien yang didukung pemahaman skill bahasa sumber (source language) dan bahasa target (target language).

"Serta pemahaman budaya lokal maupun budaya dari para klien serta mental yang kuat. Namun dari tantangan ini, banyak hal yang menarik yang dapat diperoleh ketika bekerja dalam interpreter," ujarnya.

Sementara Prof Cyr Couturier, memperkenalkan diri sambil menunjukkan koleksi 25 batik yang dimiliki, sebagai tanda kecintaannya dengan batik dan budaya Indonesia.

Cyr Couturier menekankan, interpreting adalah penting mengenai komunikasi dua arah dengan percaya diri dan melibatkan tidak hanya bahasa verbal namun bahasa tubuh, dan bahasa sign.

Menurutnya, tidak hanya kemampuan tata bahasa dan bahasa, namun pentingnya pengetahuan mengenai perbedaan budaya atau konteks budaya lokal, akan sangat membantu para interpreter penerjemahan. (tribun-timur.com)

Laporan Wartawan tribun-timur.com @Fahrizal_syam

Berita Terkini