Keindahan Kecamatan Rongkong di Luwu Utara, Tradisi Menenun Masih Terjaga

Penulis: Desi Triana Aswan
Editor: Anita Kusuma Wardana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keindahan sawah Terasering di Desa Rinding Allo, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulsel, Sabtu (18/01/2020). Desa Rinding Allo memiliki tradisi turun temurun yaitu tidak boleh menanam apabila terjadi pemakaman di desa tersebut. Apabila hal tersebut dilanggar akan terjadi serangan hama pada tanaman. Hingga saat ini warga masih menjaga tradisi tersebut sehingga sawah dan tanaman tumbuh subur dan bebas dari hama. Kini Desa Rinding Allo, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, berstatus desa wisata. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR

Upaya Indah dalam melestarikan tenun Rongkong juga mendapat apresiasi berupa Anugerah Kebudayaan dari Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) Pusat.

Ajang tersebut diselenggarakan dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Pelataran Kantor Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjar Baru, Sabtu (8/2/2020).

Aktivitas warga Dusun Salurante yang menenun Kain tenun rongkong di Desa Rinding Allo, Kecamatan Rongkong, Luwu Utara, Sulsel, Sabtu (18/1/2020). Di kampung inilah dibuat tenunan tradisional kain Rongkong oleh para pengrajin tenun. Kain tenun rongkong memiliki daya tarik tersendiri. Prosesnya yang panjang dan masih dilakukan secara tradisional, warna yang terdapat dalam sehelai kain tenun rongkong pun didapatkan dari bahan alami, seperti akar kayu, bawang putih dan rempah-rempah yang didapatkan masyarakat di hutan sekitar tempat tinggal mereka. Sekedar diketahui tenun rongkong memiliki enam motif yaitu Ulu Karua, Sekong Sirenden Sipomandi, Lampa-lampa, Rundun Lolo, Pori Lonjong dan Pori Situtu. Motif tersebut masing-masing memiliki nilai filosofi budaya yang ada. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR (sanovra / tribun timur)

Hadir dalam acara itu, Presiden Joko Widodo, Ketua MPR Bambang Soesatyo, Ketua DPR Puan Maharani, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, dan para Duta Besar.

“Kami usulkan tenun Rongkong dalam proses seleksi Anugerah Kebudayaan PWI Pusat dan Alhamdulillah, kemarin telah mendapatkan Hak Cipta Kekayaan Intelektual (HaKI) dari Kementerian Hukum dan HAM,” ucap Indah dalam keterangan tertulis.

Ia melanjutkan, penghargaan itu menjadi wujud nyata upaya melestarikan kebudayaan.

Menurut dia, tenun Rongkong adalah hasil cipta, rasa, dan karsa masyarakat Luwu Utara.

Suasana kampung tenun Rongkong berselimut kabut di Dusun Salurante, Desa Rinding Allo, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. (Sanovra Jr/TRIBUN TIMUR)

“Kami ingin memastikan kebudayaan di Luwu Utara, khususnya tenun Rongkong, dapat terjaga keberlangsungannya dan dipastikan tidak hilang.

Terus bertahan sesuai perkembangan zaman,” ujar Indah. Penghargaan untuk masyarakat Luwu Utara Indah mengatakan, penghargaan tersebut dia persembahkan untuk masyarakat Kabupaten Luwu Utara.

Menurut dia masyarakat telah ikut menjaga kebudayaan di Luwu Utara. Tak lupa, Indah memberikan apresiasi kepada segenap jajaran di pemerintahan daerah.

Selain Indah, terdapat sembilan Kepala Daerah lain yang juga menerima Penghargaan Anugerah Kebudayaan PWI Pusat.

Mereka adalah Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy, dan Bupati Tubaba Umar Achmad.

Selanjutnya, ada Bupati Halmahera Barat Danny Missy, Bupati Serdang Bedagai Soekirman, Bupati Gunung Kidul Badingah, Wali Kota Baubau AS Tamsir, dan Bupati Tabalong Anang Syakhfiani.(*)

(Kompas.com/tribun-timur.com)

Berita Terkini