TRIBUN-TIMUR.COM - Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Arist Merdeka Siraitdengan tegas menolak wacana sekolah tatap muka.
Hal itu sejalan dengan rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) membuka belajar tatap muka digelar di sekolah.
• TERNYATA Sekolah Tatap Muka Belum Berlaku untuk PAUD di Zona Hijau dan Kuning, Kapan Mulai?
• AKHIRNYA Pemerintah Bolehkan Sekolah Tatap Muka untuk Zona Kuning Covid-19, Nadiem: Bukan Paksaan
Dilansir TribunWow.com, pemerintah melalui Kemendikbud sebelumnya telah mewacanakan untuk bisa menggelar pembelajaran secara langsung.
Namun kebijakan tersebut tidak lantas berlaku untuk semua sekolah di seluruh Indonesia, melainkan ada beberapa syarat-syarat khusus.
Satu di antara syaratnya adalah untuk sekolah yang berada di daerah dengan status Zona Hijau dan kuning Covid-19.
Meski pun begitu, Arist Sirait menilai bahwa keputusan dari Kemendikbud tersebut belum tepat waktunya, mengingat risiko untuk tertular masih ada, terlebih untuk zona kuning.
Dirinya menegaskan bukan karena tidak percaya dengan Protokol Kesehatan yang digalakkan oleh pemerintah dan pihak sekolah.
Namun menurutnya, lebih melihat dari sudut pandang siswa, khususnya untuk sekolah dasar yang memiliki sifat masih kekanak-kanakkan.
"Siapa yang menjamin ini? Sekali lagi pertimbangannya adalah dunia anak adalah dunia bermain," ujar Sirait, dalam acara Kabar Siang, Sabtu (8/8/2020).
"Nanti bisa mereka tidak tahu apa yang akan terjadi karena ada temannya yang maskernya lebih baik, pinjam-pinjaman, itu dunia anak," jelasnya.
"Siapa yang menjamin itu? Guru, enggak mungkin, terbatas," tegas Sirait.
"Sekalipun dari 36 ruangan yang biasa dikurangi menjadi 50 persen, itu siapa juga yang akan menanggung itu."
Sirait lantas mempertanyakan sikap dan peran dari pemerintah yang justru terkesan memaksakan dan lebih memilih mempertaruhkan risiko.
Menurutnya, seharusnya peran pemerintah di bidang pendidikan dalam kondisi saat ini adalah memikirkan bagaimana cara efektif.
Terutama untuk memudahkan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran online yang tentunya memiliki risiko tertular terbilang rendah.