Opini Aswar Hasan

Nasib Guru Ngaji di Tengah Pandemi Corona

Editor: Jumadi Mappanganro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Dr Aswar Hasan.

Oleh: Aswar Hasan
(Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Unhas Makassar)

JANTUNG ini menghentak kencang. Campur aduk dengan rasa sedih yang mendera, saat mendengar cerita seorang aktivis remaja masjid.

Ceritanya, saat ini banyak ustaz guru ngaji yang selama ini mengajar anak-anak keluarga Muslim di masjid atau di rumah-rumah, kini telah pada off.

Biaya hidup anak isteri mereka pun tidak lagi tertopang.

Selama ini, para guru ngaji tersebut, secara ekonomi hidupnya bersama keluarga ditunjang dari hasil mengajar mengaji secara ikhlas dengan tanpa tarif memberatkan (semampunya) dari pagi hingga magrib sampai isya.

Mereka dengan tulus ikhlas menanamkan dasar fondasi iman kepada anak-anak keluarga muslim.

Update Corona Kamis 16 April, Ini 10 Daerah di Sulsel yang Warganya Nihil Positif Corona

Di samping mengajar cara membaca Al Qur'an secara baik dan benar, juga mengajar dasar- dasar beribadah sesuai tuntunan Sunnah Rasul.

Mulai dari cara berwudhu, hingga menjadi imam shlat.

Tentu, tak lupa dengan hapalan-hapalan doa-doa penting yang terkait langsung dengan permasalahan dan tuntutan hidup.

Dari merekalah anak-anak kita terbekali hidupnya dengan ilmu dan pemahaman agama yang mendasar secara membekas.

Kini, kehidupan ekonomi para guru ngaji itu, tidak jelas alias ikut terlantar akibat wabah Corona.

Tetapi mereka tetap sabar dengan tetap menguatkan iman mereka.

Mereka tidak menjerit atau berkoar-koar meminta bantuan karena penghasilan kurang, bahkan hilang.

Mereka tetap bersyukur terhadap cobaan ini dan taat terhadap ketentuan pemerintah untuk tetap di rumah saja.

Ada seorang guru ngaji menelepon ustaz (guru ngaji) lainnya untuk meminjam beras karena persediaannya di rumah telah habis.

Ada juga ustaz yang meminjam Rp 15 ribu hanya untuk membeli lauk makan keluarga di rumah.

PSBB Segera Diterapkan di Makassar, Ini Pesan Dosen FKM UMI

Bahkan, ada ustaz yang menjual dan menggadaikan barang barang berharga yang selama ini mereka banggakan.

Mereka secara diam-diam berupaya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari hari keluarganya, tanpa mengundang kegaduhan.

Masya Allah. Mereka pantang meminta-minta.

Mereka lebih memilih jalan berhutang, jual dan gadai barang berharga miliknya, sambil berharap agar setelah ujian ini usai, insya Allah bisa mereka kembalikan.

Entah apakah mereka terdata oleh pemerintah sebagai pihak yang berhak untuk disantuni akibat PSBB.

Yang jelas mereka takkan ngotot ke kantor ke RT/RW atau kelurahan untuk mendaftarkan diri secara aktif sambil buat ‘gaduh’ untuk mendapatkan perhatian, sehingga dapat bantuan sembako dari pemerintah.

Selama ini, mereka sesungguhnya telah berjasa kepada negara dan bangsa ini karena telah secara sungguh-sungguh dengan tulus memperkuat dimensi mental spritual kita sebagai bangsa yang religius di sektor informal.

Sebuah dimensi kehidupan yang sesungguhnya amat vital strategis, tetapi kerap diabaikan oleh negara/pemerintahan.

Update Corona di Sulsel Hari Ini, Pasien Sembuh: 26 di Makassar, 10 di Gowa, Ini Rinciannya

Secara sosial politik untuk ancaman kerawanan sosial, mereka para ustaz guru ngaji tersebut, jika diabaikan tanpa perhatian dari pemerintah, bukanlah sebuah ancaman yang bisa memicu kerusuhan.

Mereka bukanlah kelompok yang mudah diorganisir lalu diprovokasi untuk kepentingan politik transaksional atau oposan.

Mereka bukan sumber kegaduhan sosial politik jika situasi negara dalam keadaan krisis yang kritis.

Mereka selama ini telah membaktikan tenaga dan pikiran serta waktunya untuk negara.

Mereka selalu hadir untuk negaranya.

Tetapi ketika posisi dan peran fungsi mereka harus off karena situasi wabah Corona seperti saat ini.

Lantas timbul pertanyaan, lalu di mana peran negara untuk mereka?

Negara yang secara otoritas implementatif direpresentasikan oleh pemerintah pusat hingga daerah, seharusnya segera hadir bagi mereka para ustadz (guru) guru ngaji anak-anak kita.

Pemerintah harus ada kepedulian menyanggah hidup mereka yang saat ini terdampak langsung wabah corona.

Melalui RT/RW setiap kelurahan seharusnya sudah punya data yang bisa mengidentifikasi, siapa-siapa saja para ustaz ( guru ngaji) yang off dan perlu dibantu selama Covid-19 masih memporak-porandakan kehidupan mereka.

Para staf kelurahan dapat saja dengan mudah bersama RT/RW mendatangi masjid-masjid di wilayah masing-masing untuk merespon kebutuhan hidup para ustaz (guru ngaji) yang saat ini terabaikan dan terlupakan.

Saatnya negara pemerintahan Y7 hadir untuk mereka, karena selama ini mereka selalu hadir untuk negara dan bangsanya.

Wallahu A'lam Bishawwabe. (*)

Berita Terkini