TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sejumlah warga Jalan Hertasning, Kota Makassar, tak setuju jika Rumah Sakit Sayang Bunda dijadikan RS rujukan pasien pasien covid-19.
Alasan warga, rumah sakit tersebut berada di pemukiman padat penduduk.
Apalagi rencana tersebut tak didahului dengan permintaan persetujuan warga sekitar.
"Sangat rawan karena rumah sakit ini berada di lingkungan warga sekitar. Namanya rumah sakit isolasi harusnya jauh dari permukiman," protes Andi, salah seorang warga Jalan Hertasning, Makassar, Senin (23/3/2020).
Ia berpendapat, mestinya pihak rumah sakit bisa bercermin dengan kasus evakuasi mahasiswa dari Wuhan, China, beberapa waktu lalu.
"Ketika itu mahasiswa karantinanya saja di Bandara Natuna, tetapi penduduk Natuna memprotes keras. Sementara, RS Sayang Bunda bukan untuk karantina, tetapi untuk penderita yang sudah terinfeksi covid-19," protesnya via whatsApp.
• Cegah Corona, Kawasan Kuliner PTB Maros Akan Ditutup Selama 14 Hari
• Kapolda Sulsel dan Ustaz Dasad Latief Keliling Kota Makassar Sosialisasikan Maklumat Kapolri
Untuk mencapai jalan keluar, pihak rumah sakit akan mengadakan pertemuan dengan camat setempat, tokoh masyarakat, dan warga guna membahas hal tersebut lebih lanjut.
RS Sayang Bunda berada di Jalan Hertasning, Kota Makassar.
Protes ADS tersebut merespon pernyataan dokter spesialis anestesi Rumah Sakit (RS) Wahidin Makassar dan RS Pelamonia Makassar Hisbullah yang mengatakan RS Sayang Bunda siap menjadi tempat penampungan bagi pasien Covid-19.
Hal itu, ia sampaikan kepada melalui video yang disebarkan melalui Youtube.
"Sementara diinventaris rumah sakit yang bisa dijadikan tempat pasien Covid-19, salah satu yang mengajukan diri adalah RS Sayang Bunda. Dari ownernya itu diserahkan untuk dikelola," kata Hisbullah yang dikonfirmasi, Minggu (22/3/2020).
Hisbullah menyampaikan RS Sayang Bunda yang berada di Jl Letjen Hertasning, Kecamatan Rappocini, nantinya hanya untuk pasien khusus Covid-19.
"Jadi idenya agar pasien Covid-19 tidak tercampur dengan pasien lain. Supaya terpusat di satu rumah sakit," tuturnya.
"Ini sebagai langka antisipasi jika terjadi lonjakan pasien Covid-19. Jadi kita siap duluan," katanya.
Menurut Hisbullah RS Sayang Bunda yang terdiri dari tiga lantai ini memiliki kapasitas 200 tempat tidur.
Untuk dapat digunakan, Hisbullah mengatakan harus menunggu terlebih dahulu karena masih terdapat pasien di rumah sakit tersebut.
"Masih ada pasien, kita tunggu kesembuhannya kemudian pasiennya pulang. Setelah itu, tidak lagi menerima pasien baru," ujar Hisbullah.
Jika nantinya keperluan medis, tidak mencukupi, pihaknya akan membuka donasi untuk membantu pengadaan alat pelindung diri. (*)