TRIBUN-TIMUR.COM - Viral sosok Zakir asal Makassar di Facebook, bekerja dalam senyap di tengah pandemi Virus Corona, siapa dia?
Viral di media sosial Facebook, cerita tentang sosok Zakir yang disandingkan dengan orang-orang kaya di Indonesia.
Cerita itu dibagikan di akun Facebook Tomi Lebang, milik mantan jurnalis dan alumnus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ( Unhas ).
Tomi Lebang melalui posting-annya berjudul 'ZAKIR' menulis tentang sosok Zakir Sabara H Wata, Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia ( FTI UMI ).
Apa yang menarik dari sosok Zakir Sabara H Wata sehingga ditulis Tomi Lebang?
Dalam setiap bencana di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir, sosok Zakir Sabara H Wata selalu hadir sebagai penggerak bagi mahasiswa dan dosen untuk terlibat sebagai relawan.
Tak hanya langsung hadir di lokasi bencana, namun juga aktif memasok bantuan.
Saat gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah, misalnya, Zakir Sabara H Wata tim dari FTI UMI aktif memberi bantuan hingga masa pemulihan (recovery).
Juga saat gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB); saat banjir bandang dan longsor di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan pada tahun 2019 lalu.
Terbaru, saat pandemi Virus Corona, Zakir Sabara H Wata dan timnya aktif memberi bantuan untuk membantu mencegah penyebaran virus yang telah merenggut nyawa 25 orang di Indonesia (data per Jumat, 20/3/2020).
• Warga Luar Sulsel yang Dikarantina karena Virus Corona Pun Minta Hand Sanitizer ke FTI UMI
Bantuan berupa pembagian hand sanitizer dan penyemprotan disinfektan secara cuma-cuma di fasilitas umum dan gedung perkantoran.
Hand sanitizer, cairan pembersih tangan, saat ini langka di pasaran dan harganya melambung tinggi.
Begitu pula dengan cairan disinfektan.
Hand sanitizer dan cairan diinsfektan itu diracik dosen dan mahasiswanya sendiri sesuai dengan ilmu yang dipelajari dan diajarkan.
Tanpa lelah, mereka terus memroduksi cairan pembasmi virus walaupun bahan bakunya makin langka.
Apa yang didapatkan dan dibagikan di kampus, lalu diaplikasikan untuk kemaslahatan umat sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tomi Lebang memuji sosok Zakir Sabara H Wata yang bekerja nyata dalam senyap, tak berdebat di grup WhatsApp yang tak jelas ujung pangkalnya.
Dia bahkan menyandingkan Zakir Sabara H Wata, peraih gelar Doktor Ilmu Lingkungan dari Program Pascasarjana (PPs) pada Universitas Brawijaya, dengan orang-orang kaya di Indonesia yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri ( Kadin ).
Jika Zakir Sabara H Wata dan timnya memroduksi massal hand sanitizer dan cairan disinfektan untuk dibagi-bagikan, para koglomerat Indonesia melakukan penggalangan dana (fundraising) guna donasi peralatan kesehatan bagi para tenaga medis, yang ditargetkan dapat mencapai senilai Rp 500 miliar.
Pada penggalangan dana itu, ada sejumlah grup perusahaan terlibat, antara lain Sinar Mas, PT Adaro Energy Tbk, Artha Graha Peduli Foundation, PT Djarum, Agung Sedayu Group, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Puradelta Lestari Tbk, dan Triputra Group.
Selengkapnya, berikut tulisan Tomi Lebang yang telah dibagikan lebih dari 400 kali hingga berita ini dilansir.
"ZAKIR
Sekelompok mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, tengah lesehan di sebuah ruangan kampus. Mereka sedang mengemas ribuan botol kecil cairan pembersih tangan (hand sanitizer) lalu disusun rapi dalam kardus-kardus.
Dijual? Tidak!
Mahasiswa-mahasiswa ini membuat sendiri cairan pembersih tangan itu untuk disebarkan secara cuma-cuma ke berbagai penjuru kota Makassar dan daerah yang membutuhkan. Di tengah kelangkaan bahan, keserakahan orang-orang yang ramai mengambil kesempatan untuk menarik untung di tengah wabah virus Corona, mereka terpanggil.
Saya mengenal dekat penggerak di balik gerakan voluntarisme anak-anak muda ini. Dialah sang Dekan FTI UMI, Zakir Sabara, seorang doktor muda yang gaul. Ia aktif mendorong anak-anak mahasiswanya untuk selalu hadir di masyarakat setiap kali bencana datang, dari Palu sampai Lombok dan di mana saja yang dapat dijangkaunya.
Saat pandemi Corona akhirnya menjangkau Indonesia, dan pemerintah terlihat ringkih, ia bergerak mengantisipasi. Zakir memilih untuk tak menghabiskan waktu di ruang-ruang diskusi grup WhatsApp untuk berpendapat, bersitegang, berkelit, dan mengecam sana-sini. Ia berbuat.
Sukarelawan bencana FTI UMI, dengan kostum lapangan, digerakkannya ke berbagai tempat yang padat manusia. Sudah tak terbilang lokasi, kantor, tempat ibadah, yang mereka datangi untuk menyemprotkan cairan disinfektan, seraya membagikan hand sanitizer. Dan semua itu -- catat -- adonan buatan sendiri!
Tanah Air kini memanggil orang-orang terbaik, rakyat yang punya kepedulian kepada negerinya. Yang kaya, datang sebagai dermawan. Yang berilmu, muncul dengan panduan. Yang berpengaruh, keluar bersama imbauan. Yang bermodalkan tenaga, kerja-kerja besar menanti di lapangan.
Saya dengar orang-orang kaya Indonesia di bawah Kamar Dagang dan Industri sudah pula bergerak untuk menyumbang sebesar setengah triliun rupiah untuk pengadaan berbagai peralatan kesehatan. Perusahaan-perusahaan seperti Sinar Mas, Adaro Energy, Artha Graha, PT Djarum, Agung Sedayu, Indofood, Puradelta, sampai Triputra mengadakan sejuta peralatan uji cepat (rapid test kit), ventilator, baju isolasi, dan sejuta lembar masker.
Dan jangan lupa, dokter-dokter Indonesia terkenal militan, paduan keberanian dan kepandaian. Mereka dalam berbagai kelompok sudah berbakti untuk kemanusiaan di berbagai kawasan bencana di dunia, dari Gaza sampai Afganistan. Kini, mereka berjibaku melawan wabah di negeri sendiri. Saya, juga Anda yang lemah dan tak kuasa, mari bantu mereka dengan tak mencari-cari penyakit: ikuti panduan kesehatan untuk menghindar dari pandemi Corona, berdiam diri di rumah bersama keluarga sebisa mungkin, agar tak menambah-nambah beban mereka.
Begitulah. Air besar, batu bersibak. Negeri ini telah melayari berabad-abad masa, telah melalui aneka perang dan bencana, telah menghadapi aneka cobaan dan wabah.
Pagi ini, cahaya matahari berseling kabut di atas Jakarta. Cahayanya redup, panasnya tak terasa. Tapi hanya soal waktu: terangnya akan menyinari Indonesia! Semangat."