TRIBUNLUWU.COM, BUA - Kemunculan ular piton raksasa di Kecamatan Bua oleh sebagian warga disebabkan karena telah memasuki musim hujan.
Salah seorang warga, Amran, mengatakan piton memang kerap menampakkan diri di wilayah Bua.
Bahkan, jumlah ular yang biasa ditemukan warga meningkat saat musim hujan tengah berlangsung.
"Dari dulu memang kalau musim hujan, warga selalu menemukan ular sawa (piton). Setiap tahun begitu," kata Amran, Senin (24/2/2020).
Dulu, lanjut dia, ular yang ditemukan warga akan ditangkap hidup-hidup kemudian dijual.
"Tapi itu dulu, sekarang sudah dilarang menjual dan membeli ular, jadi kalau ada yang ditemukan biasanya dibunuh lalu ditanam," katanya.
Menurut dia, warga membunuh ular karena takut akan bahaya yang mungkin saja bisa ditimbulkan.
"Kata warga lebih baik dibunuh daripada membahayakan," katanya.
Diketahui, warga Desa Raja dan Desa Pabbaresseng, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, digegerkan dengan kemunculan ular piton raksasa.
Kemunculan piton di dua desa tersebut hampir besamaan, pada Minggu (23/2/2020) malam.
Panjang piton yang ditemukan warga Desa Raja mencapai enam meter.
Sementara ukuran piton yang ditemukan warga Desa Pabbaresseng seperduanya, atau tiga meter.
Amran menyebutkan, kemunculan atau penamuan piton di Bua bukanlah hal baru.
Menurut dia, piton selama ini hidup di areal tanaman sagu yang banyak dijumpai di wilayah Bua.
"Seperti di Pabbaresseng. Disana dari dulu ditemukan piton. Banyak pohon sagu di sana," ujar dia.
Bahkan, areal yang kini menjadi lokasi Bandara Lagaligo Bua dulunya disebut tempat 'sarang' piton.
"Dulu paling banyak di areal yang sekarang menjadi lokasi bandara. Dulu di situ tempat orang berburu piton saat masih ada pembeli," tuturnya.