TRIBUNMAMASA.COM, NOSU - Memasuki tahun 2020, infrastruktur jalan poros Kecamatan Sumarorong, Nosu dan Pana' Kabupaten Mamasa, Sulbar menjadii sorotan warga.
Bukan tidak beralasan, sejak akhir desember 2019, intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan longsor dibeberapa titik di jalur itu.
Sementara jalur itu merupakan akses utama yang menghubungkan tiga kecamatan, yaitu Sumarorong, Nosu dan Kecamatan Pana.
Sejak hampir sebulan terjadi longsor, belum ada tindakan dari pemerintah daerah membersihkan material longsor.
Akibatnya, jika hujan turun, jalan berubah menjadi lincin dan berlumpur laiknya sawah siap tanam.
Ketua Komisi II DPRD Mamasa, Jupri Sambo Ma'dika mengatakan, poros Tabone-Pana hanya berjarak kurang lebih 50 Km, namun kondisinya sangat memprihatinkan.
Pemerintah kata Jupri, telah mengalokasikan APBD baik dari kabupaten maupun provinsi sejak tahun 2016 hingga 2019 kurang lebih Rp.20 Milliar.
Namun dianggap tidak maksimal karena hanya dikerjakan sepotong-sepotong, yang panjangnya hanya berkisar 2 hingga 3 Km pertahun.
Dengan kondisi yang ada saat ini, jika jalan itu kata Jupri dikerja maksimal, maka akan mebutuhkan anggaran minimal Rp.50 milliar.
Tetapi dengan keterbatasan APBD, maka dianggap jalan itu tidak akan pernah dikerjakan hingga tuntas.
Sehingga satu-satunya solusi, dianggap harus ada alat yang disediakan di jalur itu sebagai program jangka pendek.
Hal itu juga kata dia, sudah sesuai janji Bupati Mamasa H Ramlan Badawi pada masa kampanye, sebelum terpilih menjadi Bupati periode 2019-2024.
"Untuk mengatasi persoalan itu, maka kita minta agar Bupati Mamasa menepati janjinya seperti saat Kampanye," kata Jupri, Kamis (23/1/2020) siang tadi.
Jupri menyebutkan, pada APBD tahun 2019, pemda meprogramkan pembelian alat berat yang dikhususkan pemeliharaan jalan Tabone-Pana.
Namun hingga saat ini program itu tidak terealisasi.