TRIBUN-TIMUR.COM - Dua belas fakta mahasiswi UIN Alauddin Makassar tewas dibunuh pacarnya: Akun Instagram, posting-an, ponakan Ketua KPU.
Seorang mahasiswi UIN Alauddin Makassar, Asmaul Husna (21) ditemukan tewas di dalam kamar, di rumah kerabatnya, Perumahan Citra Elok, Jalan Tamangapa Raya 5, Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulsel, Sabtu (14/12/2019), sekitar pukul 12:00 Wita.
Saat mayatnya ditemukan, tubuh korban berlumuran darah, wajah tertutup bantal bergambar karakter fiksi Hello Kitty dan Winnie The Pooh.
Asmaul Husna adalah korban pembunuhan dan ternyata pelakunya adalah sang kekasih, Ridhoyatul Khaer (20).
Saat ini, pelaku telah ditangkap dan sedang diamankan di Mapolsek Manggala untuk dimintai keterangan.
Terkait dengan pembunuhan mahasiswi UIN Alauddin, berikut 12 fakta terkait:
1. Kronologi ditemukan tewas
Asmaul Husna ditemukan tak bernyawa di dalam kamar di rumah kerabatnya dalam posisi terlentang.
Yang pertama kali menemukan mayat Asmaul Husna adalah sepupunya sekaligus teman sekamar bernama Satriani, sekitar pukul 12:30 Wita, Sabtu (14/12/2019), atau bersamaan tibanya waktu shalat lohor.
Pada saat itu, Satriani yang baru pulang ke rumah masuk ke kamar dan kemudian menemukan sepupunya tergeletak tak bernyawa.
"Datang tadi siang, saya buka pintu kamarnya sudah begitu (telentang)," ujar Satriani.
Satriani kemudian melaporkan kejadian ini kepada penghuni rumah lainnya dan tetangga.
Warga pun kemudian geger.
Sepupu korban lainnya, Miftahul Nur mengatakan, saat Asmaul Husna ditemukan tak bernyawa, di bagian belakang tubuhnya terdapat lumuran darah dari leher hingga punggung.
Selain itu, wajah korban tertutup 2 bantal bergambar karakter fiksi Hello Kitty dan Winnie The Pooh.
Korban juga mengenakan pakaian lengkap.
Tak lama setelah penemuan mayat Asmaul Husna, petugas Polsek Manggala, Inafis Polrestabes Makassar, Labfor Polri Cabang Makassar, dan dokter kepolisian dari RS Bhayangkara Makassar tiba di lokasi kejadian.
Mayat Asmaul Husna kemudian dibawa ke RS Bhayangkara untuk pemeriksaan lebih lanjut.
2. Pamit menginap di rumah teman
Sehari sebelum ditemukan tewas, pada Jumat (13/12/2019), Asmaul Husna sempat pamit pergi kepada Miftahul Nur menginap di rumah temannya.
Namun, tak diketahui siapa teman dimaksud.
Keesokan harinya atau Sabtu siang, Asmaul Husna malah ditemukan tak bernyawa di dalam kamar yang behadapan dengan kamar Miftahul Nur.
3. Dibunuh pacar
Siapa yang tega menghabisi nyawa Asmaul Husna?
Ternyata adalah kekasih korban yang bernama Ridhoyatul Khaer (20).
"Pelaku berinisial RK mahasiswa semester VII Fakultas Ekonomi UIN," kata Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Indratmoko.
Polisi telah menetapkan Ridhoyatul Khaer sebagai tersangka.
Pelaku diketahui tinggal di Perumahan Pesona Prima Griya, Jalan Tamangapa Raya 3, Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar.
Jarak antara rumah pelaku dengan rumah korban, di Perumahan Citra Elok, Jalan Tamangapa Raya 5, sekitar 2 Km.
4. Sekampus dan seangkatan
Korban dan pelaku sekampus.
Korban merupakan mahasiswi semeseter VII Program Studi Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Aluddin.
Sementara pelaku mahasiswi semester VII Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Aluddin.
Kampusnya berada di Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulsel.
Jarak kampus dengan rumah korban sekitar 3 Km.
5. Pelaku ditangkap di TKP
Polisi telah menangkap pelaku di TKP.
Pelaku ditangkap di tengah kerumunan warga yang ramai datang untuk melihat korban.
Polisi awalnya mencurigai gerak-gerik pelaku hingga kemudian membekuknya.
Kepada polisi, Ridhoyatul Khaer mengakui perbuatannya telah membunuh Asmaul Husna sang kekasih.
Namun, hingga kini belum diketahui motifnya.
6. Korban dibekap dan leher digorok
Kanit Reskrim Polsek Manggala, Iptu Syamsuddin mengatakan, pelaku menghabisi nyawa korban menggunakan bantal dan pisau dapur.
"Pelaku diduga membekap korban menggunakan bantal sekitar 15 menit, namun korban masih hidup. Kemudian pelaku ke dapur ambil pisau dan kembali lagi ke dalam kamar dan mengiris (gorok) leher korban," kata Iptu Syamsuddin.
Aksi sadis itu dilakukan Ridho, sapaan Ridhoyatul Khaer, pada Jumat (13/12/2019) sore kemarin.
Saat itu Ridho dan Asmaul Husna hanya berdua di dalam rumah.
Untuk motif pembunuhan itu, polisi masih melakukan pendalaman.
Pelaku kini berada di Mapolsek Manggala untuk menjalani pemeriksaan.
Polisi juga memerika Satriani dan Miftahul Nur dan masih berstatus sebagai saksi.
7. Pemilik rumah Ketua KPU
Pemilik rumah tempat korban tinggal menumpang adalah Burhan.
Informasi diperoleh Tribun-Timur.com dari polisi Polsek Manggala, Burhan merupakan Ketua KPU Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ( Pangkep ) Sulsel.
Istri Burhan merupakan bibi Asmaul Husna.
Asmaul Husna tinggal di rumah tersebut sejak 6 bulan terakhir bersama dengan 2 sepupunya, Satriani dan Miftahul Nur.
Di rumah tersbebut terdapat foto Burhan dan istrinya.
8. Korban asal Soppeng, pelaku asal Bone
Rencananya, jenazah korban akan dimakamkan di Kabupaten Soppeng, Sulsel, kampung halamannya.
Di Soppeng, korban dikabarkan tinggal di Takalalla, Kelurahan Tettikenrarae, Kecamatan Marioriwawo.
Sementara, pelaku berasal dari Kabupaten Bone, Sulsel.
Soppeng dan Bone merupakan 2 kabupaten yang bertetangga.
9. Akun Instagram korban
Informasi diperoleh dari kerabat korban, semasa hidupnya, korban memiliki akun Instagram bernama @aulhsn_
Namun, akun tersebut di-setting pribadi atau private sehingga yang bukan followernya tidak bisa melihat isi posting-annya.
Posting-an di akun itu hanya 7, followers-nya 1.485-an hingga pukul 23:45 Wita, Sabtu (14/12/2019) dan 852 following.
10. Pemilik bisnis startup keripik pisang dan photo gift
Korban bersama dengan teman kuliahnya, Maulida Hasanah memiliki bisnis startup (rintisan) keripik pisang bernama Kripik Pisang Sulawesi dengan akun Instagram @krisang.sulawesi.
Selain itu, ada pula bisnis lainnya berupa photo gift dengan akun Instagram @pakkitart__.
11. Posting-an di Instagram
Beredar screenshot (tangkapan layar) tulisan di Instagram dengan nama akun @aulhsn_.
Tampak tertulis keterangan jika tulisan tersebut dibuat selang 4 hari sebelum di-screenshot.
Berikut salinan isinya:
"Anak Ibu sedang menahan tangis; Katanya karma sedang berjalan menuju ke arahnya, katanya karma akan segera menyemputnya.
-
Anak ibu lalu menangis;
Tangisannya pelan tak terdengar dibalik pintu toilet karena sedang mengigit bibir bawahnya agar suaranya tangisannya tak pecah hingga akan muncul desas desus tanya para penggibah.
Tangisannya tak terdengar karena disamarkan oleh suara air yang keluar dengan patuhnya dari mulut bapak keran di toilet.
-
Anak ibu lalu diam;
Pikirannya penuh dengan kesalahan dan cara menempuh penebusan.
Haruskah anak ibu meninggalkan dunia dengan cara paling tragis atau hidup didunia dengan cara paling tragis pula.
-
Anak ibu kemudian tertidur;
Terpejam dengan mata sembab, tubuh dingin dipeluk angin malam tak ada yang peduli.
Sebab ibu jauh disana dan tak tahu apa-apa tentang anaknya ini."
12. Puisi perpisahan
Beberapa waktu lalu, Asmaul Husna disebut menulis puisi tentang perpisahan saat dirinya tak lagi menjabat Koordinator Deprtemen Media dan Jurnalistik pada Forum Kajian Ekonomi Syariah (Forkeis) UIN Alauddin Makassar periode tahun 2018 hingga 2019.
Puisi tersebut dibagikan melalui akun Facebook KSEI Forkeis UIN Alauddin Makassar.
Berikut puisi Asmaul Husna.
"KOORDINATOR DEPT. MEDIA DAN JURNALISTIK 2018/2019
-
ASMAUL HUSNA
JURUSAN AKUNTANSI 2016
-
Berpuluh kali pergi,
Berjuta kali pun kembali,
Iya, ini rumah bagi kami yang tak memiliki tempat kembali
Iya, ini rumah bagi kami yang tak pernah menemui jalan pulang
Iya, ini rumah dimana orang-orang menyambut kami dengan kehangatan
-
Walau seringkali beradu mulut,
Saling melempar ego,
Berderai drama air mata,
Diam bisu tak ada sapa,
Tapi kami tetap keluarga,
Bercerita dipenghujung malam tentang masa lalu dan masa depan saling menghangatkan kembali
-
Iya, Forkeis rumahku, rumah kami, rumahmu dan rumah kita.
Jika ada benci dihatimu,
Jangan benci Forkeisnya,
Bencilah sifat individunya,
Tapi jangan membenci terlalu lama,
Sebab kita saudara yang tumbuh bersama.
Bukankah makan nasi sepiring bersepuluh sudah biasa kita lakukan?
Maka redupkan bencimu,
Redahkan kecewamu,
Berdamailah,
Dan kembali kerumah
-
Jika langkahmu sudah terlalu berat, dan tanganmu sudah tak mampu menggenggam tangan-tangan untuk membuatmu pulang,
Maka tinggalkanlah rasa bencimu,
Berdamailah dengan egomu,
Pergilah dengan tenang dan temukan rumah-rumah yang lain,
Tapi ingat!
Kami selalu akan menyambut kepulanganmu dengan hangat,
Entah itu benar-benar pulang atau hanya sekedar menyapa".
Selamat jalan Asmaul Husna, innalillahi wainna ilaihi rajiun.(*)