"Biasa (air PDAM) mengalir, biasa juga tidak. Tapi lebih sering tidak mengalirnya tiga bulan terakhir," ujar Tahir.
Ia pun harus merogoh kocek Rp 30-50 ribu per hari untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumahnya.
Terpisah, Hendra (36) sang penjual air di Jl Barukang III ini mengaku tiap harinya harus meladeni belasan hingga puluhan warga yang mengalami krisis air bersih.
"Kita bukanya disini mulai jam 6 pagi sampai 12 malam, tergantung banyaknya yang datang dan panjangnya antrian," kata Hendra.
Dalam sehari, warga yang mengalami krisis air bersih dan mengantre di tempat Hendra biasanya mencapai 20 orang.
"Kadang 15 orang yang datang antre silih berganti. Kadang juga sampai 20an orang kalau panjang antrean di tempat lain," ujarnya.
Di Jl Barukang III, bukan hanya Hendra yang menjual air bersih ke warga yang mengalami krisis air bersih.
Pantauan di lokasi sedikitnya terdapat 8-10 rumah yang menyediakan penjualan air bersih.
Seorang ibu yang baru saja menjemput anaknya sepulang sekolah, bahka ikut antre air bersih.
Ibu-ibu yang enggan diwawancarai itu, terlihat menggunakan motor matic. Sang anak di posisi jok belakang. Sedang, dua jerigen ditaruh di dasbor depan.
Air yang dijual, kata Hendra juga merupakan air dari aliran pipa PDAM.
"Disini mengalir terusji karena ikut alirannya angkatan Laut," ungkapnya.
Namun, saat ditanya omset penjualan air bersih yang diraup tiap harinya, Hendra enggan membeberkan.(tribun-timur.com).
Laporan wartawan tribun-timur.com, Muslimin Emba
Baca: Ternyata Kertas Cokelat Pembungkus Nasi Mengandung Racun, Diungkap Pakar, Efek Ditimbulkan
SSCASN BKN-LINK Resmi Pendaftaran CPNS 2019 Mulai November 2019, Pelajari Mekanisme Daftar di Sini
Mantan Gubernur Sulsel Zainal Basri Palaguna Wafat, Pernah Teteskan Air Mata untuk Presiden Jokowi
Hasil Undian French Open 2019, Indonesia Kirim 15 Wakil, 3 Ganda Putra Andalan Berebut Gelar Juara
Follow akun instagram Tribun Timur: