Menurut Jura Katoppo, anak kandung almarhum, dirinya tak mengetahui pasti penyebab ayahnya meninggal dunia.
Namun, menurut Jura, jantung almarhum melemah selama beberapa tahun belakangan.
“Meninggalnya tidak tahu kenapa, tapi dia kan memang jantungnya sudah lemah, boleh dibilang beberapa tahun terakhir dia sudah gagal jantung kanannya, klepnya sudah tidak berfungsi dengan baik,” ungkap Jura, Minggu.
Siapa Panda Nababan?
Dilansir dari wikipedia, Panda Nababan lahir di Siborong-Borong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 13 Februari 1944.
Ia adalah seorang wartawan Indonesia dan politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Kedua orangtuanya, yaitu Jonathan Laba Nababan dan Erna Intan Dora Lumbantobing, bekerja sebagai guru.
Pendidikan
Nababan belajar di SMP Nasrani di Medan lulus pada 1959 kemudian melanjutkan ke SMA di lembaga pendidikan yang sama dan lulus pada 1962.
Selesai dari SMA, ia melanjutkan ke Universitas Nommensen di Pematangsiantar hingga 1963, lalu pindah ke Jakarta dan masuk ke Universitas Bung Karno hingga 1966.
Ia pindah lagi dan masuk ke Perguruan Tinggi Publisistik, Jakarta (1968-1969).
Pada 1979 ia memperoleh kesempatan untuk mendalami studi Jurnalistik di NRC Handelsblaad, Rotterdam.
Pekerjaan
Nababan pernah bekerja sebagai wartawan di Harian Umum Warta Harian (1969-1970), Redaktur Harian Umum Sinar Harapan, (1970-1987), Wakil Pemimpin Umum Harian Umum Prioritas (1987-1988) dan Kepala Litbang Media Indonesia (1988-1989).
Salah satu puncak prestasinya sebagai wartawan ialah ketika ia memperoleh penghargaan jurnalistik Hadiah Adinegoro pada 1976.