Saat menyilakan Perdana Menteri Malaysa, Wapres JK menyebut Pak Mahathir
TRIBUN-TIMUR.COM, NEW YORK – Wakil Presiden Jusuf Kalla memandu dialog kepala Negara dalam forum Majelis Tingkat Tinggi (MTT) Sidang Umum Ke-74 Perserikatan Bangsa-bangda di New York, Amerika Serikat, Rabu 25/9/2019) sore.
JK menjadi Co-Moderator Trusteeship Council High Level Political Forum Leaders Dialogue. Ada 12 kepala Negara menjadi narasumber MTT ini.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad tampil sebagai pembicara kedua, Saat menyilakan Mahathir, JK mengatakan, “Pak Mahathir…!”
Demikian juga setelah Mahathir pidato, JK mengatakan, “Thanks Pak Mahathir…!”
Mahathir kepala Negara tertua dalam Sidang Umum Ke-74 PBB ini. Pada Juli 2019 lalu, usia Mahathir sudah 94 tahun.
Sidang Umum Ke-74 PBB ini kali ketujuh yang dihadiri JK, Saat menjadi Wapres di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), 2004-2009, JK dua kali mewakili Indonesia dalam pertemuan kepala Negara terbesar di dunia ini.
Kemudian di era Jokowi, JK sudah lima tahun berturut-turut memimpijn delegasi Indonesia dan pidato di PBB.
Presiden Megawati Soekarnoputri menghadiri Sidang Majelis Umum PBB pada September 2001 dan menjadi pemimpin pertama dari negara berpenduduk terbesar di dunia yang mengunjungi AS setelah tragedi 11 September 2001 yang meruntuhkan menara kembar WTC di New York.
Presiden Abdurrahman Wahid pada Desember 2003 pernah mendapat penghargaan "Global Tolerance Award" dari PBB. Saat itu penghargaan diberikan Presiden Majelis Umum PBB Julian Hunte kepada Gus Dur dan Gus Dur juga memberikan pidato di hadapan para diplomat dan aktivis kemanusiaan yang berlangsung di Markas Besar PBB.
Presiden Gus Dur juga pernah menghadiri Sidang Majelis Umum PBB pada September 2000.
Wakil Presiden Ke-3 RI Adam Malik, 23 Maret 1978-11 Maret 1983, pernah menjadi Ketua Majelis Umum PBB pada 1971. Kala itu, Adam Malik masih menjabat Menteri Luar Negeri RI.
Adam Malik menjadi orang Indonesia pertama dan hingga kini menjadi satu-satunya orang Indonesia yang pernah menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB.
Pidato Presiden Soeharto dalam Sidang Majelis Umum Ke-47 PBB pada 24 September 1992 menyampaikan "Pesan Jakarta" yang dirumuskan dalam KTT ke 10 GNB di Jakarta antara tanggal 1-6 September 1992.
Soeharto saat itu berdiri di hadapan Sidang Majelis Umum PBB bukan hanya mewakili 180 juta penduduk Indonesia namun juga mewakili 108 anggota Gerakan Non-Blok atau dua per tiga dari keseluruhan keanggotaan PBB.
Pada 30 September 1960 Presiden Soekarno berpidato didepan Majelis Umum PBB dan pidatonya diberi judul "To Build the World A New".
Selain menguraikan soal Pancasila, perjuangan Indonesia untuk membebaskan Irian Barat, masalah kolonialisme, usaha perbaikan organisasi PBB, serta usaha untuk meredakan ketegangan perang dingin dan ketegangan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet, Soekarno juga menyerukan membangun dunia baru di bawah naungan PBB.
Pada masa pemerintahan Soekarno, Indonesia pernah keluar dari keanggotaan PBB, dan Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB tak lama saat pemerintahan Presiden Soeharto berkuasa.(*)