Citizen Report

Mari ke Gusung Tallang Lihat Warga Makassar Bahagia

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Misbahuddin Hadjdjini (kiri)

Misbahuddin Hadjdjini

Warga Makassar

Melaporkan dari Makassar, Sulsel

SUASANA ceria yang menggambarkan suasana hati yang senang dan bahagia tergambar dengan jelas oleh para pengunjung Pulau Gusung Tallang, saban hari.

Mereka berenang, berendam, bermain dengan ikan hias, bermain pasir putih, berfoto ria, snorkling, bermain perahu dayung, dan lainnya menjadi kegiatan saban hari para

pengunjung pulau yang juga sering disebut dengan Pulau Laelae Kecil karena hampir bersambung dengan Pulau Laelae.

Pulau yang tidak berpenduduk itu, kini menjadi pilihan warga Makassar untuk menikmati pantai yang selalu membawa suasana rileks.

Dulu, pulau ini hanya ramai di akhir pekan.

Tapi, kini setiap hari selalu ramai khususnya di pagi hingga siang hari meski puncak keramaian memang terjaid pada akhir pekan atau hari libur.

Pulau Gusung Tallang berjarak sekira 1.6 km dari daratan Kota Makassar dan dapat diakses hanya dalam waktu sekitar 3-5 menit menggunakan perahu nelayan yang bisa

memuat 10-15 orang menggunakan mesih 40 Pk dari bibir Pantai Losari dan sekitarnya.

Ke Gusung Tallang juga sangat murah.

Sewa perahu hanya Rp 20 ribu per orang.

Sewa itu sudah untuk perjalanan pergi dan pulang. Soal makanan dan minuman, sebaiknya Anda

bawa sendiri. Di sana, meski terlihat beberapa bangunan semi permanen namun tidak ada penjual untuk makanan yang standar.

Pulau ini dulunya adalah sebuah tanggul yang memanjang dari utara ke selatan sepanjang 1,2 km yang berfungsi untuk meredam ombak yang masuk ke areal pelabuhan Makassar.

Misbahuddin Hadjdjini dkk (HANDOVER)

Namun, karena proses sendimentasi yang terjadi secara terus-menerus dan sudah berlansung lama, sehingga di bagian sisi utara tanggul terjadi penumpukan pasir putih yang lama kelamaan semakin membesar dan melebar sehingga membentuk lah pulau.

Di awal terbentukya, pulau ini tandus dan tidak berpenghuni.

Akan tetapi, karena semakin banyaknya pengunjung yang datang untuk berekreasi, sehingga sebagia-masyarakat sekitar pulau tersebut memanfaatkan untuk membangun pendopo sebagai tempat untuk beristrahat atau tempat menyimpan pakaian.

Misbahuddin Hadjdjini dkk (HANDOVER)

Sebenarnya, kegiatan utama para

Pengunjung adalah berendam air laut sebagai salah satu terapi kesehatan. Konon, berbagai penyakit yang bisa disembuhkan dengan berendam secara rutim di air laut.

Mulai dari insomnia, asam urat, bronchitis, hingga saraf terjepit.

Lalu siapa-siapa mereka yang selalu mengunjungi pulau ini?

Mereka dari berbagai kalangan.

Mereka juga membentuk kelompok-kelompok untuk sekadar bersama-sama bercanda

Sambil melakukan aktivitas rekreasi tersebut.

Sebut saja, pengusaha nasional HM Aksa Mahmud. Pendiri Bosowa Group ini, vara biasa menyempatkan diri ke pulau ini jika ada waktu senggang saat ke Makassar.

Beberapa politisi, pengusaha, dosen, warga makassar dari kalangan Tionghoa, dan para guru besar khususnya dari Universitas Hasanuddin sangat mudah ditemui di tempat ini.

Salah satunya ada Prof drg Mansyur Natsir PhD Guru besar Fakultas Kedokteran Gigi Unhas ini hampir setiap hari ada di pulau ini.

Mereka berbaur dengan rekan-rekan "sehobi" yang biasanya datang setelah sholat Subuh.

Di komunitas yang selalu berkumpul dengan Prof Masyur antara lain Dr Iqbal Sultan (dosen Fisip Unhas), Haji Bahar (pengusaha properti), Ismail Manda (pengusahaproperti, CEO Benteng Kupa Group), Dr drg Asdar Gani (dosen FKG Unhas), Misbahuddin Hadjdjini (kontraktor), Ariady Arsal (politisi PKS), dan dan lain-lain.
Mereka ini dikenal juga sebagai "komunitas Rumpon".Hal itu karena mereka menjadikan sebuah rumpon di tengah laut sebagai tempat ngumpul. Di atas rumpon inilah di

Sebuah payung besar untuk bernaung sekaligus menikmati kopi, teh, serta penganan tradisional yang mereka sediakan secara sukarela.

Sejak pekan lalu, untuk menarik perhatian pengunjung, sebuah spot foto berbentuk hati (love) warna pink terpasang di atas rumpon ini. Alhasil, anak-anak ABG pencinta

Selfie dan wefie makin ramai datang ke atas rumpon tersebut untuk berfoto ria.

Soal konsumsi, Haji Bahar adalah "relawan" utama.

Setiap hari Haji Bahar membawa termos besar beirisi air panas lengkap dengan minuman sachet seperti kopi, teh celup, teh tarik dan kue-kue tradisional seperti songkola bandang, roko-roko unti, waje, dan beragam lainnya.

Semua ini selalu tersedia secara gratis kepada siapa saja yang

Mampir ke rumpon itu.

Menurut Prof Mansyur, pulau ini sangat menarik baginya. Makanya, setiap kedatangan tamu dari luar, selalu berupaya dibawa ke pulau ini.

"Tamu-tamu dari luar negeri, seperti Jepang, Australia, Eropa, dan lainnya, selalu saya bawa kesini. Biasa mereka saya ajak untuk pungut-pungut sampah juga di sini," kata Prof Masnyur yang sejak kecil memang sering main di sekititar pantai ini karena rumahnya di sekitar Pantai Losari.(*)

Berita Terkini