Ketika itu mahasiswa dari beberapa universitas di Yogyakarta menyuarakan aksi keprihatinan dan menuntut Soeharto mundur.
Peristiwa Gejayan ini menyebabkan ratusan orang luka-luka.
Bahkan, satu orang tewas, yaitu mahasiswa MIPA dari Universitas Sanata Dharma, Moses Gatutkaca.
Aksi mahasiswa yang menolak terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden meluas di seluruh Indonesia, termasuk di Yogyakarta.
Mereka melakukan aksi di dekat universitas masing-masing sejak pukul 09.00.
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada melakukan aksi di bundaran kampus.
Sementara mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan mahasiswa IKIP Negeri Yogyakarta (kini UNY) melakukan aksi di halaman kampus masing-masing.
Mereka melakukan aksi protes yang menyoroti perekonomian di Indonesia dan menyinggung kekerasan aparat.
Peristiwa semakin memanas ketika mahasiswa mulai bergerak menuju UGM untuk bergabung.
Aparat keamanan tak memberikan izin atas aksi tersebut, apalagi aksi ini diikuti oleh masyarakat.
Bentrokan akhirnya terjadi dan aksi saling dorong juga dilakukan oleh kedua belah pihak.
Dilansir dari harian Kompas yang terbit pada 9 Mei 1998, hingga pukul 23.00 WIB pada 8 Mei 1998, Jalan Kolombo, Yogyakarta, masih memanas akibat bentrokan ribuan mahasiswa dan masyarakat dengan ratusan aparat keamanan, menyusul saling serang antara aparat dan para demonstran.
Mahasiswa dan masyarakat melawan aparat dengan batu, petasan, bahkan bom molotov.
Aparat keamanan akhirnya mulai membubarkan demonstran dengan tembakan gas air mata, semprotan air dari kendaraan water gun, dan pengejaran ke IKIP Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.
Aparat juga menangkap orang yang diduga melakukan provokasi terhadap aksi ini.