Tribun Wiki

Maba Universitas Khairun Disuruh Minum Air Bekas Ludah dan Jalan Jongkok, Ini Profil Kampusnya

Penulis: Desi Triana Aswan
Editor: Ina Maharani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

universitas Khairun Ternate

Menurut Adnan Amal, ada empat kekuatan sehingga Unkhair dapat didirikan, yaitu: kesabaran, keikhlasan, kepercayaan dan ketulusan hati.

Pendirian tersebut bermula dari idealisme, bukan karena uang. Akhirnya, bermula dari ketulusan hati dan idealisme itulah Unkhair berdiri dan mendapatkan dukungan dari masyarakat.

Pendirian Unkhair menurut Prof Dr Gufran Ali Ibrahim, tidak hanya mendirikan, akan tetapi juga harus dibangkitkan dan dimajukan untuk hari ini dan akan datang.

Di awal-awal pendirian itu, Unkhair memang sempat tidak mendapatkan respon dari Provinsi Maluku, karena ada kekhawatiran Kabupaten Maluku Utara yang beribukota di Ternate akan berpisah dengan Provinsi Maluku yang beribukota di Ambon.

Akan tetapi, empat kekuatan tadi, menurut Adnan Amal, menjadi penguat dan inspirasi untuk tetap berjuang walau dengan sumber daya yang terbatas mendirikan universitas dan percepatan terbentuknya Provinsi Maluku Utara.

Dalam konteks ini, maka ide pendirian Provinsi Maluku Utara telah lama digaungkan, namun baru terealisasi pada tahun 1999.

Setidaknya, ada tiga aspek yang melatarbelakangi terbentuknya Unkhair.

1. Aspek Ekonomi

Untuk memberikan kesempatan kepada para lulusan SMA dan sederajat yang secara ekonomi tidak dapat melanjutkan pendidikan ke luar Kota Ternate, karena terbatasnya pendapatan orang tua.

Tujuan berdirinya Unkhair adalah agar masyarakat yang memiliki pendapatan rendah (ekonomi lemah) yang berkeinginan besar untuk menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi bisa terwujud.

Hal ini diinginkan agar tidak terjadi pengangguran yang berawal dari masyarakat berpendapatan minim (ekonomi lemah).

Karena salah satu faktor terjadinya penganguran adalah para orang tua yang memiliki pendapatan ekonomi, minim yang tidak bisa melanjutkan studi anaknya, untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, karena harus keluar dari Maluku Utara.

2. Aspek Politik

Mendukung masyarakat dan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi Maluku Utara.

Kebutuhan universitas dirasakan pada akhir tahun 1950-an ketika berbagai elemen masyarakat Maluku Utara tercetus ide untuk memekarkan diri dari Provinsi Maluku yang beribukota di Ambon.

3. Aspek Sumber daya Manusia (SDM)

Unkhair terbentuk karena ingin mempersiapkan lulusan perguruan tinggi yang mampu mengelola pembangunan, dan pemerintahan dalam jumlah cukup dan kualitas yang memadai.

Untuk mempersiapkan terbentuknya provinsi, maka kader-kader (atau SDM) mumpuni diperlukan untuk itu. Dalam kondisi waktu itu yang cuma tamatan SMA, maka dibutuhkanlah pendirian universitas.

Perihal Nama "Khairun"

Pada tahun 1963 ketika ide pendirian kampus direncanakan, muncul beberapa nama.

Namun forum tersebut memilih nama Universitas Khairun yang diambil dari salah satu nama Sultan di Kesultanan Ternate.

Pemilihan nama Khairun yang merupakan usulan Adnan Amal itu, berdasarkan pada beberapa hal:

(1) Khairun adalah sultan yang memiliki intelektualitas tinggi. Ia pernah belajar di Goa dan bisa berkomunikasi dalam bahasa Portugis dan Spanyol,

(2) Khairun secara bahasa berarti ‗baik‘ dalam Bahasa Arab.

Ini menjadi inspirasi kebaikan bagi masyarakat dan universitas ke depannya.

Pemilihan nama Universitas Khairun (tanpa kata ‗sultan‘) memungkinkan karena di beberapa nama kampus juga ada yang menggunakan kata ‗sultan‘, juga ada yang tidak, seperti Universitas Hasanuddin (tanpa kata ‗sultan‘).

Masa Kritis Yayasan

Pada tahun 1974-1977, Yayasan Unkhair mengalami masa-masa kritis.

Pada tahun ini H Jusuf Abdulrahman diperhadapkan pada pilihan-pilihan.

Pada posisi dia sebagai PNS pada waktu itu harus mempertaruhkan diri ke Kopertis VII (waktu itu) agar Yayasan Unkhair tidak ditutup.

Untuk mempertahankan Unkhair, maka harus ada tenaga yang mengorbankan diri untuk membina dan tetap mempertahankan eksistensi Yayasan Unkhair.

Sebab, para tenaga yang mengabdi pada waktu itu, tidak lagi mau melaksanakan tugas pengajaran karena tidak ada uang untuk pembiayaan.

Prinsipnya pada fase ini Yayasan Unkhair menghadapi masa sedih, karena mahasiswa juga ikut mencari uang guna memberikan gaji para dosennya.

Dengan berbagai upaya tersebut pada akhirnya memberikan secercah harapan tentang eksistensi Yayasan Unkhair yang sudah diambang tutup.

Upaya ini dilakukan dengan begitu kuat saat itu, adalah merupakan konsekuensi dari cukup tegasnya aturan yang diberlakukan, yakni jika sebuah daerah yang telah membuka universitas swasta maupun negeri dan kemudian ditutup maka sampai kapanpun daerah tersebut tidak akan bisa mendirikan lagi sebuah universitas.

Inilah inti kekhawatiran para pendiri Yayasan Unkhair pada waktu.

Di atas dasar semangat dan dalam kekhawatiran mendalam tersebut Unkhair mulai menapaki jalan untuk menunjukkan eksistensinya di tengah berbagai keterbatasan yang dimiliki.

Sebagai langkah konkret untuk mendukung proses pembelajaran dan aktivitas Yayasan Unkhair pada waktu itu, maka pembiayaan dilakukan oleh Muspida untuk pertama kalinya, sebab Muspida waktu itu adalah dewan penyantun, presidium universitas, dan juga menjadi rektor.

Di masa-masa sulit itu, Yayasan unkhair mulai menunjukkan kiprahnya dengan terus bergerak ke arah yang perlahan mulai membaik. *1978-1998: Fase Kebangkitan.

Data Universitas:

Nama Kampus: Universitas Khairun

Moto: Maju Bersama Dengan Ilmu Membangun Negeri

Jenis: Perguruan Tinggi Negeri

Didirikan: 15 Agustus 1964

Rektor: Prof. Dr. Husen Alting, SH., MH.

Lokasi: Ternate, Maluku Utara, Indonesia

Kampus: Urban

Situs web: unkhair.ac.id

Para tokoh pendiri Unkhair adalah sebagai berikut:

1. M.S. Djahir (Bupati Maluku Utara)

2. Baharuddin Lopa (Kepala Kejaksaan Negeri Maluku Utara)

3. Adnan Amal (Hakim Pengadilan Negeri Ternate)

4. Mursaha (Kepala Kepolisian Resort Maluku Utara)

5. Yasin Muhammad (Dosen IKIP Manado)

6. A.K. Safar (Kepala SMA Negeri Ternate)

7. Abdul Samad Abdul Latif (Kepala SGA Negeri Ternate)

8. Idrus Hasan (mahasiswa IKIP Manado)

9. Ibrahim Abbas (mahasiswa IKIP Manado)

10. Said Ammarie (Kepala DAKOMIB Maluku Utara)

11. Jasin Bopeng (KPS Ternate)

12. Karel Tan (Kepala Dinas Kesehatan Maluku Utara)

13. Letnan Kolonel Suwignyo (Komandan Kodim 1501 Maluku Utara tahun 1964)

14. Muhammad Hanafi (Pegawai Bagian Umum Kantor Bupati Maluku Utara)

15. Muhammad Nasir (Pegawai Bagian Umum Kantor Bupati Maluku Utara)

Sumber berita: https://www.tribunnews.com/regional/2019/08/30/4-mahasiswa-senior-universitas-khairun-yang-lakukan-perploncoan-akhirnya-diskors
Foto: Universitas Khairun

Berita Terkini