Gus Din menuturkan, tujuan dari keikutsertaan FPI Surabaya dalam aksi yang dikomandoi Tri Susanti hanya sebatas ingin meneguhkan kecintaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"NKRI harga mati kuncinya," katanya menegaskan.
Menurutnya, mahasiswa Papua dinilai masih belum sepenuhnya serius meneguhkan 'NKRI Harga Mati' sebagai prinsip hidup bangsa Indonesia.
"Ya intinya bawah aliansi mahasiswa Papua berkaca tahun-tahun kemarin dia kan tidak mau bergabung dengan NKRI," katanya.
"Buktinya apa, berdasarkan aksi tahun kemarin malah mengibarkan bendera Bintang Kejora, terus ada pamflet isinya 'NKRI no referendum yes'," katanya lebih lanjut.
Ia juga menambahkan, aksi protes pekan lalu tak ubahnya sebagai satu di antara upaya untuk mengingatkan mahasiswa Papua mengenai perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.
"Makanya maksud awal kami hanya mendorong aparat ini loh asrama Papua ini Jangan sampai terulang seperti tahun kemarin," tuturnya.
"Coba dikasih tahu ini mau tanggal 17 Agustus harus mengibarkan bendera. Eh malah dadi dowo (malah jadi panjang -masalahnya -)," tuturnya lebih lanjut.
FPI Surabaya Keberatan
Gus Din mengaku, pihaknya keberatan dengan pemberitaan dari situs berita online yang cenderung menyudutkan FPI.
"Terkait masalah ini kami sebenarnya kami mau komplain, terutama pada media online itu," katanya saat dihubungi TribunJatim.com, Kamis (22/8/2019).
Ia merasa pemberitaan yang dibuat oleh salah satu media yang disebutnya, cenderung bermuatan provokatif.
"Dari berita media online itu yang akhirnya kami difitnah dan lain sebagainya," ujarnya.
Gus Din menerangkan, dalam berita yang dimaksud FPI seakan menjadi aktor utama yang melakukan aksi protes tersebut.
"Wartawan dia mengambil foto anggota Laskar saya yang pakai jaket itu. Kemudian dia ngambil wawancara peserta aksi," jelasnya.