TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus hingga September 2019 mendatang.
Kondisi ini berpotensi terjadinya kekeringan yang akan melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan khususnya bagian selatan dan pantai barat Sulsel.
Baznas Enrekang Ungkap Nilai Kurban Masyarakat Tahun Ini Capai Rp 34,5 M
Kondisi Terkini Sang Ibu Ratapi Dua Putrinya Diajak Berzina dan Jadi Budak Seks Ayah Kandung
Danyon C Pelopor Bone Dampingi Dansat Brimob Polda Sulsel Cek Personel
IAS-DP Bertemu Lagi, Simak Penjelasan Keduanya
Kadir Halid Minta KPK Periksa 3 Anggota DPRD Sulsel dan Sekwan
" Sampai monitoring dasarian II Agustus seluruh wilayah Sulsel bagian selatan dan pantai barat sudah masuk kategori sangat panjang hingga ekstrem," kata Kepala Stasiun Klimatologi Maros yang meliputi WilayahSulawesi dan Maluku, Hartanto.
Berdasarkan monitoring sebagian besar sudah dialami wilayah Sulsel musim kemarau dengan jumlah 31 sampai 72 Hari Tanpa Hujan (HTH).
Pantauan HTH adalah pantauan hari tanpa hujan, jika terjadi hujan maka akan kembali hitungan awal (nol). Jadi jika terpantau 60 hari tanpa hujan berarti daerah tersebut terjadi hujan terakhir 60 hari yang lalu.
Sesuai pengamatan BMKG, sebagian besar wilayah Sulsel didominasi HTH dengan kategori panjang antara 31 sampai 60 hari tanpa hujan.
Namun tak dipungkiri cukup banyak titik dengan katagori ekstrem diatas 60 hari, bahkan ada wilayah yang masuk dalam kategori HTH terpanjang yakni 72 hari.
Hartanto mengingatkan kepada masyarakat agar mewaspadai daerah yang sudah memasuki puncak musim kemarau, terutama daerah yang sudah dalam kategori kekeringan ekstrem.
Karena musim kemarau yang berlangsung lama kata dia berpotensi besar terjadi kekeringan, kekurangan air bersih, kebakaran rumah, lahan hingga kebakaran hutan.
Apalagi puncak musim kemarau diperkirakan masih akan berlangsung hingga bulan September. Sehingga dampak kekeringan ini masih akan terus terjadi.
Puncak kemarau di Sulsel diperkirakan akan terjadi bulan Agustus - September jadi potensi HTH akan terus berlanjut.
"Pantauan HTH dilakukan secara terus menerus sepanjang tahun, untuk mengantisipasi potensi kekeringan di musim kemarau dan dampak potensi banjir di musim hujan. (*)
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
Baznas Enrekang Ungkap Nilai Kurban Masyarakat Tahun Ini Capai Rp 34,5 M
Kondisi Terkini Sang Ibu Ratapi Dua Putrinya Diajak Berzina dan Jadi Budak Seks Ayah Kandung
Danyon C Pelopor Bone Dampingi Dansat Brimob Polda Sulsel Cek Personel
IAS-DP Bertemu Lagi, Simak Penjelasan Keduanya
Kadir Halid Minta KPK Periksa 3 Anggota DPRD Sulsel dan Sekwan