TRIBUN-TIMUR.COM - Sudah 2 putra Sulsel gugur di Papua karena ulah KKB yang dipimpin Egianus Kogoya, tak hanya Briptu Heidar.
Selama tahun 2019, sudah 2 putra Sulsel ( Sulawesi Selatan ) gugur akibat ulah Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB ) yang dipimpin Egianus Kogoya.
Keduanya adalah Serda Yusdin dan Briptu Heidar.
Mereka gugur dalam tugas demi mempertahankan Tanah Air dari kelompok separatis.
Serda Yusdin yang dianugerahi kenaikan pangkat luar biasa menjadi Sertu anumerta Yusdin tewas dalam kontak senjata dengan KKB di Kabupaten Nduga, Papua, Kamis (7/3/2019) siang.
Baca: Briptu Heidar Polisi Asal Makassar Sulsel Tewas Setelah Disandera KKB Egianus Kogoya di Papua
Dia tewas bersama dengan 2 prajurit TNI lainnya.
Almarhum Sertu anumerta Yusdin merupakan anak angkat Wakil Bupati Luwu, Syukur Bijak.
Kabar gugurnya Sertu anumerta Yusdin pertama kali disampaikan petugas piket Hub Makodim 1702/JWY, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Dia mendapat informasi dari Pos Distrik Mbua (Bravo 3) yang terhubung dengan Pos Yigi (Bravo 4) terkait adanya kontak tembak antara Tim Satgas Nanggala 19 dengan kelompok separatis.
Lokasi kontak tembak tepatnya pada titik CO. 0330-3181.
Dalam kontak tembak tersebut satu anggota dari tim Nanggala 19 terkena luka tembak di bagian perut.
Sementara itu, dilaporkan pula total sudah tiga anggota TNI gugur di daerah penugasan Papua Nanggala ketika mereka di kepung oleh 50 anggota KKSB.
Mereka adalah Serda Mirwariyadin, Serda Yusdin, dan Serda Siswanto Bayu Aji.
Salah satu korban, Serda Yusdin warga Desa Pongko, Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Dia adalah anggota Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ), salah satu pasukan elit milik TNI AD.
Pasukan TNI terlibat kontak senjata dengan KKB di wilayah Kabupaten Nduga, Kamis (7/3/2019).
Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi menuturkan, pasukan TNI diserang dengan kekuatan tidak berimbang.
Pasukan TNI yang tergabung dalam Satgas Penegakan Hukum (Satgas Gakkum) itu akan melaksanakan pengamanan dan pembangunan infrastruktur Trans Papua Wamena-Mumugu di Kabupaten Nduga.
"Pasukan mendapatkan serangan dari pihak KKB pimpinan Egianus Kogoya di Distrik Mugi Kab. Nduga, Kamis (7/03/2019) sekitar pukul 08.00 WIT," ujar Sisriadi melalui keterangan tertulisnya, Kamis (7/3/2019).
Sisriadi menuturkan, pasukan TNI Satgas Gakkum berkekuatan 25 orang tersebut baru tiba di Distrik Mugi dalam rangka mengamankan jalur pergeseran pasukan.
Tiba-tiba mendapatkan serangan mendadak oleh sekitar 50 sampai 70 orang KKB bersenjata campuran, baik senjata standar militer maupun senjata tradisional seperti panah dan tombak.
Pasukan berusaha melakukan perlawanan sehingga berhasil menguasai keadaan dan berhasil memukul mundur KKB sampai menghilang ke dalam hutan.
Akibat serangan tersebut menyebabkan 3 orang prajurit gugur.
Sementara dari pihak KKB, prajurit TNI berhasil merampas 5 pucuk senjata milik KKB.
Hanya Selang 5 Bulan
Selang 5 bulan setelah Serda Yusdin dari TNI AD, kini Briptu Heidar dari Polri juga gugur.
Briptu Heidar, anggota Direktorat Reskrim Polda Papua yang disandera KKB di Kampung Usir, Kabupaten Puncak, Papua, Senin (12/8/2019) ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Baca: Kronologi Polisi Briptu Heidar Disandera saat Tugas di Papua, Pelaku dari KKSB?
"Briptu Heidar ditemukan pukul 17.30 WIT dalam keadaan meninggal dunia. Lokasinya tidak jauh dari tempat penyanderaan," ujar Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal, di Jayapura, Senin.
Jenazah kini sudah berada di Puskemas Ilaga dan tim medis tengah membersihkannya untuk dapat segera diterbangkan ke Makassar, Sulawesi Selatan untuk disemayamkan dan dimakamkan.
Kabar terbaru, jenazah akan diterbangkan, Selasa (13/8/2019) atau besok.
Kombes Pol AM Kamal belum dapat mengonfirmasi apa penyebab Briptu Heidar meninggal, karena di lokasi kejadian jaringan telekomunikasi sangat terbatas.
Lebih lanjut, Kombes Pol AM Kamal memaparkan, kejadian tersebut bermula pada Senin pukul 11.00 WIT.
Briptu Heidar dan Bripka Alfonso Wakum sedang melaksanakan tugas penyelidikan di wilayah Kabupaten Puncak dengan mengendarai sepeda motor.
Saat melintas di Kampung Usir, Briptu Heidar dipanggil oleh temannya yang merupakan warga setempat sehingga Bripka Alfonso Wakum memberhentikan kendaraannya.
Selanjutnya, Briptu Heidar menghampiri temanya tersebut sedangkan Bripka Alfonso Wakum menunggu di atas motor.
Pada saat Briptu Heidar berbicara dengan temannya tersebut, tiba-tiba sekolompok orang datang dan langsung membawa Briptu Heidar.
Setelah kejadian tersebut, Bripka Alfonso langsung kembali dengan sepeda motor dan melaporkan peristiwa tersebut ke pos polisi di Kago, Kabupaten Puncak.
Polri memberi kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi kepada Briptu Heidar.
"Anggota Polri yang gugur mendapat kenaikan pangkat luar biasa (anumerta), dinaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo ketika dihubungi Kompas.com, Senin.
Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2016 tentang Administrasi Kepangkatan Anggota Polri, kenaikan pangkat diberikan kepada almarhum Briptu Heidar adalah kenaikan pangkat luar biasa anumerta atau KPLBA karena gugur dalam tugas.
Beda KKB dan KSB
Tokoh masyarakat Papua Michael Menufandu mengatakan, istilah KKB dan Kelompok Separatis Bersenjata ( KSB ) adalah dua hal yang berbeda.
Hal itu ia sampaikan seusai mengisi diskusi bertajuk 'Exit Startegy, Menyongsong Berakhirnya Dana Otsus Papua Tahun 2021', di Ruang Abdul Muis Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Menurutnya, perbedaan mendasar dari kedua istilah tersebut terletak pada wewenang institusi negara yang kerap menggunakan istilah tersebut untuk warga Papua.
"KKB itu istilah yang dipakai oleh polisi supaya bisa anggap ini kejadian kriminal, jadi pakai KKB," kata Menufandu.
Sedangkan istilah KSB sering kali digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia ( TNI ).
"Kalau disebut separatis itu berarti harus militer, sedangkan militer dilarang," ujarnya.
Lebih lanjut, Michael menyarankan penggunaan istilah-istilah tersebut perlu disederhanakan jika menghadapi rakyat (Papua).
"Jadi oleh karena itu sebenarnya adalah kemampuan leadership untuk menjelaskan hal yang positif. Tapi, menghadapi rakyat yang sederhana dan itu tidak perlu harus gagah-gagahan, dekati mereka dengan hati dan pikiran yang jernih," katanya menyarankan.(tribun-timur.com/kompas.com)