Para pelanggannya tidak lagi dibebankan harus membayar sewa tempat seperti hotel.
Namun demikian, rumah indekos nyaman bukan berarti melulu aman. Karena, dirinya pernah diangkut Satpol PP saat razia.
"Tapi tetap amanlah. Karena cuma didata saja. Habis itu pulang. Waktu itu pas lagi sama pelanggan juga, cuma ya gitu aja," imbuhnya.
Saat ditanya mengenai para pria hidung belang yang pernah memakai jasanya, ia tidak pernah mengusik pekerjaan atau latar belakang mereka.
Namun, ia menjelaskan, pelanggannya terdiri dari seluruh kalangan. Hal itu mulai dari remaja, pelajar atau mahasiswa, hingga orang dewasa alias om-om.
Selama ini, ia hanya mau bertransaksi di rumah indekos yang ia siapkan. Tapi, ada pengecualian khusus untuk pelanggan tetap.
"Enggak pernah tanya-tanya sih, yang penting saya ramah. Ada yang mau cerita dulu, ya kita dengar, ada yang mau langsung, ya kita ikutin."
"Ada sih yang aneh, minta macam-macam lah. Aku ikut sebisa mungkin, kalau masih normal ya, cuma kalau udah aneh betul, aku nggak mau," imbuhnya.
Perempuan berkulit kuning langsat ini menambahkan, dirinya bekerja sendiri tanpa muncikari.
"Aku sendiri. Cuma kalau tahu online ini, memang dari teman," tuturnya.
Satu Kamar Dipakai Bertiga
Sebelumnya, cerita mengenai prostitusi online menyeruak di Jambi. Seorang pegawai honorer pemda menyambi sebagai pekerja seks komersil (PSK).
Penghasilan yang minim menjadi alasan pegawai honorer pemda tersebut menyambi sebagai PSK dalam prostitusi online.
Dalam melayani tamu, ia mengaku berbagi kamar dengan PSK lain. Praktik PSK berbagi kamar diakui seorang PSK bernama Mawar (nama samaran).
Menurutnya, dikutip dari TribunJambi.com pada Selasa (16/7/2019), hal itu lebih baik daripada harus mendatangi tamu ke hotel.