TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - "Jangan sekali-kali menyentuh apalagi mencoba narkotika"
Mungkin kalimat itulah yang tepat, jika menyimak kisah seorang remaja yang menjadi korban akibat peredaran barang haram tersebut.
FD, remaja 18 tahun di Kota Makassar yang kini tengah berjuang melepaskan diri dari cengkraman pengaruh narkotika tersebut.
Ditemui di rumah rehabilitasi Ballata yang dikelolah Lembaga Persaudaraan Korban Napza Makassar (L-PKNM), Jumat (19/7/2019) siang, FD bercerita betapa pengaruh narkotika merubah jalan hidupnya.
VIDEO: Rapat Paripurna DPRD Luwu Utara, Banyak Kursi Kosong
TRIBUNWIKI: Kades Dua Periode Lalu Terpilih di DPRD Jeneponto, Ini Profil Anshar
Lereng Gunung Bawakaraeng Jadi Lahan Perkebunan, Ini Bakal Dilakukan Bupati Gowa
Betapa tidak, FD yang awalnya hanya coba-coba, mengaku susah melepaskan diri dari candu barang haram jenis sabu tersebut.
Terlebih saat ia memilih mengakhiri jenjang pendidikannya di bangku kelas 3 SMP.
Ia (FD) enggan melanjutkan jenjang pendidikannya ke bangku SMA.
Bukan karena keluarganya tak mampu, ia mengaku memilih mengakhiri sekolahnya lantaran terbiasa bolos di waktu SMP.
Pasalnya, kata FD, semenjak di bangku kelas 3 SMP ia jarang masuk sekolah untuk mengikuti mata pelajaran yang diajarkan guru.
Ia terpengaruh dengan rekannya yang nyaris tiap hari bolos sekolah dan hanya menghabiska ln waktu belajar dengan bermain game di warkop.
"Kalau pergi sekolah saya diantar motor sama bapakku, pas turung di depan pagar bapak putar motornya saya pergimi juga main game di warnet. Jadi hampir dibilang tidak pernahka masuk belajar," kata FD kepada tribun.
Di warnet, FD mengaku kerap memainkan game poker (judi online). Hasilnya digunakan untuk nongkrong bersama teman-temannya sambil merokok.
VIDEO: Rapat Paripurna DPRD Luwu Utara, Banyak Kursi Kosong
TRIBUNWIKI: Kades Dua Periode Lalu Terpilih di DPRD Jeneponto, Ini Profil Anshar
Lereng Gunung Bawakaraeng Jadi Lahan Perkebunan, Ini Bakal Dilakukan Bupati Gowa
"Kalau sudah jam 2 (waktu pulang sekolah) pulangma juga ke rumah, makan ganti pakaian baru pergi ngumpul," ujarnya.
Kenakalan remaja itu pun berlanjut saat dirinya tidak lagi berseragam sekolah.
Ia yang memilih menganggur hanya menghabiskan hari-harinya dengan beekumpul bersama rekan-rekannya.