Ananda Sukarlan Meriahkan Perilisan Buku Terjemahan Bahasa Indonesia Novel "Don Quixote" di Jakarta

Penulis: Desi Triana Aswan
Editor: Syamsul Bahri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maestro Pianis ternama, Ananda Sukarlan menyambangi redaksi Tribun Timur, Jl Cendrawasih No 430 Makassar, Jumat (22/2/2019)

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Maestro Pianis Ananda Sukarlan akan hadir dalam perilisan buku terjemahan novel modern pertama di dunia, "Don Quixote" karya Miguel Cervantes di Jakarta, Minggu (14/7/2019).

Acara ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Spanyol di Jakarta.

Pembunuhan Saudara Kandung di Kindang Bulukumba, Polisi: Keduanya Memang Sering Cekcok

TRIBUNWIKI: Kembali Rebut Kursi DPRD Barru, Ini Profil Hajjah Hamsiati

Ia akan memainkan beberapa karyanya berdasarkan sejumlah puisi dari Miguel Cervantes dan Federico Garcia Lorca, mengiringi penyanyi tenor muda yang sangat berbakat, Nikodemus Lukas dari Surabaya yang telah memenangkan kompetisi vokal "Tembang Puitik Ananda Sukarlan" tahun 2013 sewaktu ia masih belasan tahun usianya.

Selain itu, dia juga akan memainkan beberapa karya piano solonya.

Sekilas tentang buku Don Quixote

Novel tersebut dianggap merupakan novel pertama di dunia.

Volume I karya itu diterbitkan tahun 1605, dan menurut Cervantes Institute, ini adalah karya ke-dua yang diterjemahkan ke paling banyak bahasa setelah buku Alkitab.

Menurut Ananda Sukarlan buku tersebut merupakan karya sastra terpenting di dunia.

"Pengaruhnya melebar ke bidang seni lain : musik (Richard Strauss menulis karya orkes dengan judul ini), lukisan (Salvador Dali & Pablo Picasso) dan ballet (pertama kali dikoreografi oleh Marius Petipa, bekerjasama dengan komponis Ludwig Minkus). Istilah "quixotic" dalam bahasa Inggris pun berasal dari sini, yang artinya "mengejar impian/khayalan yang tidak realistis," jelasnya kepada Tribun Timur melalui whatsapp, Senin (1/7/2019).

Ananda Sukarlan menjadi salah satu pembaca buku Don Quixote dalam bahasa Inggris.

"Saya sendiri membacanya pertama dalam bahasa Inggris karena saat itu saya belum tinggal dan bisa bahasa Spanyol, dan saya juga nge-fans berat dengan karya puitik Cervantes sehingga saya membuat beberapa musik berdasarkan Sonet-nya yang di Indonesia pernah dipagelarkan di Ubud Writers Festival oleh soprano Mariska Setiawan," jelasnya.

Karya Cervantes yang lain itulah sayangnya "tenggelam", sambung Ananda, karena kebesaran Don Quixote mungkin seperti Beethoven yang hanya dikenal dengan Simfoni no 5 dan 9-nya saja.

"Walaupun banyak yang menganggap Don Quixote ini "berat", karya ini sebetulnya penuh dengan komedi bahkan sampai ke taraf "slapstick". Justru berbagai satire-nya itu yang sulit diterjemahkan ke bahasa lain. Tapi, ini bukan hanya buku lucu," kata Ananda.

Baginya, Cervantes mengeksplorasi banyak tema yang sangat dalam sambil menggambarkan kesengsaraan dua tokohnya, Don Quixote dan Sancho Panza "pembantunya", termasuk sifat persahabatan dan cinta, kebajikan dan kezholiman, kepercayaan terhadap agama dan tentu saja pertanyaan abadi tentang kondisi mental ksatria (atau peran antagonis?) yang tak terjawab: apakah dia benar gila, atau sebenarnya dia yang waras, dan kita semua yang gila? Banyak karakter yang ia temui dalam perjalanannya membuktikan bahwa ia bisa keduanya, mengundang kita untuk mempertanyakan sifat kegilaan itu sendiri.

Maestro Pianis ternama, Ananda Sukarlan menyambangi redaksi Tribun Timur, Jl Cendrawasih No 430 Makassar, Jumat (22/2/2019) (Desi Triana Aswan/Tribun Timur)

Pada tahun 2002, Nobel Institute di Oslo membuat polling "karya sastra terbaik sepanjang sejarah" yang dipilih oleh 100 penulis terkemuka dari 54 negara.

Don Quixote masuk ke dalam 10 besar, terpilih oleh para penulis a.l. Doris Lessing, Salman Rushdie, Nadine Gordimer, Wole Soyinka, Seamus Heaney, Carlos Fuentes dan Norman Mailer.

Sedangkan 5 penulis terbaik sepanjang sejarah menurut polling ini selain Cervantes adalah Shakespeare, Homer, Kafka dan Dostoevsky.

Seperti Shakespeare, Cervantes (bukan hanya melalui Don Quixote) telah menyumbangkan beberapa kata dan frase bahasa Spanyol yang digunakan bahkan sampai saat ini.

"Kalau anda suka memakai pepatah "Satu burung dalam genggaman lebih berharga daripada dua burung yang bebas", itu dicetuskan pertama kali di Don Quixote," jelas Ananda Sukarlan.

Selain itu, buku ini membuka jalan ke bentuk novel modern dan pengaruhnya sangat kuat ke dunia sastra (bukan hanya ke para penulis berbahasa Spanyol sampai kini seperti Gabriel Garcia Marquez dan Mario Vargas Llosa) .

"Terjemahan bahasa Inggris Don Quixote yang menurut saya paling autentik adalah oleh Edith Grossman," pungkas Ananda.

Selain menerjemahkan langsung dari bahasa aslinya (Spanyol), ia juga membandingkan dengan terjemahan lama lainnya dan menambahkan catatan kaki yang informatif.

Akhirnya, 400 tahun kemudian terjemahan lengkapnya ke bahasa Indonesia oleh Apsanti Djokosujatno akan diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia. (*)

Laporan Wartawan Tribun Timur Desi Triana Aswan @iniilul

Langganan Berita Pilihan 
tribun-timur.com di Whatsapp 
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

 

Berita Terkini