Alhasil, ia selalu menjadi utusan Sokola Pesisir untuk mengikuti lomba-lomba.
"Bahkan ketika saya sudah mau naik tingkat, mereka tahan dulu. Karena saya harus ikut kompetisi," kisah Wardani.
Tidak hanya itu, demi membantu keuangan keluarga Wardani kecil rela berjualan kue titipan tetangga walaupun keuntungan yang didapattkannya tidak seberapa.
"Saya sambil nyanyi juga kadang, jadi tiba-tiba ada yang panggil terus suruh lagi nyanyi dikasih uang pernah sampai Rp 200 ribu," katanya.
Sejak kecil pula, Wardani menjadi tukang cuci piring dengan upah Rp 20 ribu.
Dari hasil uang yang diperolehnya ia tabung dan disisihkan sebagian untuk uang jajan.
Perjalanan Wardani kemudian dilanjutkan saat menginjak bangku sekolah.
Ia terkenal dengan kepandaiannya di sekolah dan begitu supel.
Ia mudah bergaul dengan siapapun tanpa membatasi umur ataupun profesinya.
"Saya sama guru juga berteman, pokoknya sama siapa saja saya berteman yang penting tahu baik dan buruknya serta pintar menjaga diri," katanya.
Masa SMP
Titik awal karier Wardani adalah saat menjadi siswa SMP.
Disinilah, Wardani semakin mandiri dan secara terang-terangan menujukkan bakatnya.
Demi menyambung hidup keluarganya, ia melakukan pekerjaan yang tidak biasa.
Memanfaatkan kemampuan beraktingnya pada masa kecil dulu