Selain itu, dia memiliki sayap separuh dan antena berbentuk benang yang memanjang.
Cahyo membenarkan, kumbang kni memiliki zat tertentu yang mampu menyebabkan kulit seperti terbakar dan melepuh.
“Ini merupakan hasil endosimbiosis antara racun pada tomcat dan bakteri,” imbuh dia.
Ketika kumbang tomcat merasa terganggu, dia dapat mengeluarkan racun yang disebut pederin.
Jika racun sudah menempel ke kulit, akan menimbulkan inflamasi atau peradangan.
Uniknya, tomcat jantan berperilaku mirip kalajengking ketika terancam. Mereka akan mengangkat ekornya dan mengeluarkan racun.
"Kumbang tomcat umumnya berada di pemukiman dan populasi meningkat diperkirakan saat akhir musim hujan," ujar Cahyo.
Berkurangnya populasi pemangsa (predator) seperti burung karena perburuan oleh manusia juga bisa menyebabkan populasi hewan ini meningkat.
Tak hanya itu, berkurangnya mangsa yang disebabkan karena perubahan fungsi lahan sehingga banyak populasi bersinggungan dengan pemukiman seperti alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, hutan menjadi perkebunan, dan lain-lain juga berkontribusi atas kenaikan populasi kumbang tomcat.
Cahyo memperingatkan untuk menghindari serangga tomcat bila kita melihatnya.
Jika sudah terkena tomcat, jangan dipencet atau dipukul karena kumbang tomcat pasti akan terbang.
"Sebab bila mereka ditekan atau digencet, racun akan keluar dari tubuh kumbang dan menyebabkan iritasi. Jika sudah terkena cairan dari tubuh tomcat, lebih baik disiram air mengalir untuk kondisi darurat," paparnya.
Tentang Serangga Tomcat
Serangga jenis kumbang Paederus ini dapat menyebabkan peradangan atau iritasi kulit.
Meski tidak berbahaya tetapi ancaman serangga ini sangat mencemaskan.