TRIBUN-TIMUR.COM - Acungan jempol pantas diberikan kepada siswa bernama Ananda Hafidh Rifai ini.
Anak penjual mainan ini menjadi peraih nilai Ujian Nasional (UN) 2019 dengan capaian sempurna atau nilai 100 pada empat mata pelajaran.
Ananda Hafidh Rifai sendiri tidak menyangka bisa mendapatkan nilai tersebut.
Baca: Kabar Buruk Andi Arsyil Rahman Artis di Tukang Bubur Naik Haji Setelah Bertarung di Dapil Neraka
Baca: Innalillahi! Kabar Duka Datang dari Keluarga Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto
"Tidak menyangka, karena awalnya tidak ditarget (nilai 100)," ungkapnya.
Selama ini dia mengaku belajar biasa saja dan tidak terlalu keras.
Hafidh juga mengatakan jika terlalu keras belajar hasilnya belum tentu baik.
"Kalau saya merasa tidak cukup dengan buku dari sekolah saya pasti cari tahunya dari internet, lebih praktis saja," ucapnya.
Dikutip dari tribun solo, Ananda Hafidh Rifai, mengaku tak pernah mengikuti bimbingan belajar atau bimbel.
Belajar Otodidak
Siswa kelas XII Jurusan IPA 6 SMAN 4 Solo ini berucap hanya belajar secara ototidak.
"Saya belajar sendiri, kadang dapat materi dari internet," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (14/5/2019) siang.
"Selama ini tidak pernah ikut bimbel, ya karena kan takutnya membebani orang tua harus membayar lagi," ucapnya.
Baca: Bakal Ditertibkan Dishub, Begini Reaksi Tukang Parkir Area Panakukang
Baca: Fabiano Beltrame Tak Jelas Proses Naturalisasinya, Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar Pesimistis
Sebab, siswa penyuka pelajaran Fisika ini memang tidak terlahir dari keluarga berada.
Ibunya, Supatmi, sehari-hari bekerja sebagai penjual mainan anak-anak di depan sekolah dasar.
Ia juga masih memiliki tiga adik, sehingga merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap anggota keluarga lain.
"Adik saya 3, jadi kalau pulang ke rumah saya sering bantu ngemong adik-adik," ujar dia.
"Ibu kaget juga pas dengar saya dapat nilai 100, tapi ya senang juga," kata Hafidh.
Lolos SNMPTN di UGM
Usai mendapat nilai sempurna, Hafidh mengaku telah lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Saat ini Hafidh telah diterima kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Selain itu, dirinya kini juga tengah mengikuti Olimpiade Astronomi tingkat nasional dan masuk 8 besar. "Semoga bisa masuk 5 besar," harapnya.
Baca: Rekap DPR RI Minus Kecamatan Tamalate, PKS Kehilangan Kursi, Suara Makassar Selamatkan PDIP
Baca: Tumbangkan Lao Toyota 0-3, Catat Hasil PSM Perfect di Fase Grup Piala AFC, Ini Statistiknya
Seperti diketahui, UN 2019 dilaksakan dalam 2 pilihan sistem yakni: Ujian Nasional Berbasis Komputer ( UNBK) dan Ujian Nasional Berbasis Kertas Pensil ( UNKP).
Lantas, di media sosial, beberapa siswa beberapa waktu lalu sempat mengeluhkan tentang susahnya soal Matematika pada UNBK 2019.
Keluh kesah tersebut salah satunya disampaikan di kolom komentar pada unggahan di akun resmi Instagram Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), @kemdikbud.ri.
DIkutip dari Kompas.com, Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriwan Salim mengatakan, memang terdapat beberapa pengembangan dari kisi-kisi UN Matematika yang sebelumnya telah diberikan.
"Terkait dengan soal itu, teman-teman siswa mengeluhnya sih memang tahun ini tidak seramai tahun lalu, soal matematika yang HOTS (High Order Thinking Skills) tahun lalu," ucap Satriwan kepada Kompas.com, Kamis (4/4/2019).
"Memang ada soal yang kisi-kisinya sedikit." "(Maksudnya) di kisi-kisinya tidak membahas panjang lebar, namun di soal ujiannya ada pengembangan dari kisi-kisi," kata dia.
Ada Kesalahan Teknis
Satriwan yang saat itu juga menjadi pengawas ujian menceritakan bahwa terdapat kesalahan teknis terjadi.
"Tahun ini sih keluhannya yang pertama, ada satu yang soalnya salah begitu (jawabannya tidak ada)."
"Akhirnya secara manual pengawas harus memasukkan nama-nama siswa dan soal yang keliru itu secara online," ujar dia.
Baca: Kemenag Bone Tetapkan Zakat Fitrah Rp 32 Ribu Per Orang
Baca: Imam Hafidz Asal Palestina Berbagi Kisah ke Mahasiswa IAI DDI Polman
Meskipun banyak yang mengeluh, lanjut Satriwan, beberapa siswa yang bersekolah di tempat ia mengajar tidak mengalami kesulitan berarti.
Menurut Satriwan, FSGI telah melakukan komunikasi dengan Kemendikbud untuk melakukan beberapa pelatihan kepada para pengajar di Indonesia.
"FSGI tak henti-hentinya meminta Kemendikbud untuk memberi pelatihan penguasaan pembelajaran berbasis HOTS untuk para guru, sehingga didesain pembelajaran yang mendukung HOTS sejak kelas-kelas awal."
"Jadi siswa dan guru tak kaget lagi jika menemukan soal dengan penalaran tingkat tinggi," ujar dia. (*)
(Tribun Solo/Eka Fitriani )
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul "Tanpa Bimbel, Siswa SMA Anak Penjual Mainan di Solo Ungkap Rahasia Raih Nilai 100 di Semua Mapel UN"